Sabtu, 01 Agustus 2020

Prakata setelah sekian lama tak jua memperbaharui Rengga Kandha


Awal bulan Agustus tahun 2020 barangkali bisa jadi adalah waktu kembali untuk mencatat semua yang terlewat setelah sebelumnya menguap begitu saja. Tentang perjalanan hari dan waktu yang lumat bersama sejumlah alamat. Alamat untuk ingatan tersemat pada satu waktu kemudian hari bila terpantik ingat kita pernah melalui, kita pernah menyusun cerita, sempat merakit s
ejumlah kisah.
Tidak ada yang tidak berguna saat kita mendapati sesuatu. Selalu ada pelajaran, paling sedikit hikmah untuk kita petik. Termasuk tahun tahun sulit kali ini. Tahun 2020. Seharusnya ini menjadi tahun penuh pencapaian, tapi apa daya kita dipaksa untuk sejenak rehat barangkali diminta untuk mengoreksi kembali biar saat menyusun siasat semakin tepat.

Mungkin lho ya...

Tidak banyak yang kita harap akan laju pertumbuhan ekonomi, soal daya beli, kecuali kita sesegera mungkin berinovasi. Bagaimana caranya supaya tetap bertahan, bahkan bisa point di musim pageblug ini.
Karena longgar dan ndak begitu bisa ngejar mungkin itu juga yang bikin bisa kembali menyambangi blog yang sudah tidak diisi berpa tahun ya?

Rabu, 29 Juli 2020

Mengisi Pandemi Untuk Dokumentasi


Persis setelah wabah korona diumumkan sebagai bencana nasional, yang langsung ditangani dengan pembentukan gugus tugas oleh pemerintah, praktis banyak warga termasuk saya jadi ngelangut karena keterbatasan aktivitas yang sebelumnya itu grobas grabus terabas sana sini gak ngerti wayah jadi mlungker disuruh diam saja dirumah untuk karantina jadi blingsatan mati gaya.
Biasanya ketemu sana sini, mobat mabit kian kemari, jadi ndak bisa ngapa-ngapain jadi bikin pikiran kemana mana.
Apalagi begitu laju pertumbuhan terkonfirmasi positif meningkat, lantas angka kematian melonjak, semakin ketakutan yang terus tayang dikepala kita.
Jualan juga mandeg. Warung harus ditutup karena terjadi eksodus besar-besaran keluar dari Jogja para pelanggan yang kebanyakan adalah pelajar dan mahasiswa. Pelancong yang biasanya rutin memadati kedai Dongeng Kopi di Jumat Sabtu dan Minggu tiba tiba surut. Sebagian barista didaulat pulang ke rumah oleh orang tuanya masing-masing.
Saya berubah haluan jadi jualan gendul literan, kopi bubukan dan rajin mantengin social media buat dagang. Whatsapp pribadi dialih fungsikan jadi bisnis agar bisa masang katalog produk, orang orang yang biasanya kerja di sektor wisata bersalin rupa,

Senin, 27 Juli 2020

Baju Mirip Tentara Ilang Entah Kemana

Sebelum punya mesin cuci, langganan saya ganti baju ya di laundry. Cuman laundry ini, biar sebagus apapun punya prejengan, biar bilang terbaik servisnya kalau sekali nyuci jumlahnya banyak sekali, bukan satuan mirip di laundry premium mesti punya kesempatan bikin ilang pakaian. Saya sudah membuktikan. Selama saya kuliah selama tujuh tahun, lalu lajang dan belum omah-omah, urusan baju ilang di tempat cucian modelan kiloan itu sudah tak terhitung jari. Jadi seharusnya saran saya kalau kawan-kawan memang sayang sama pakaian lebih baik dicuci sendiri, selain ilang kemungkinan perlakuan atas pakaian yang sak sake akan tereliminir.

Saya punya baju mirip tentara itu banyak. Ada beberapa. Saya dapat dari ngawul, dari warisan bapaknya kawan yang kebetulan veteran, dari oleh oleh kawan yang tahu saya suka pakai baju ijo tentara, sampai saya beli sendiri manakala ada rabat besar di satu produsen jenama tertentu.

Seperti baju yang saya pakai ketemu sama Bang Andy ini, saya seneng banget pakainya. Itu niatnya waktu acara juga ga dipakai, wong saya cuman kaosan pakai kaos sablonan Jack Sinaga yang merupakan buah tangan dari Dongeng Kopi berupa jargon; berbiji baik, tumbuh baik.

Jumat, 24 Juli 2020

Saya Bicara Karena Ada Tokoh-Tokoh di Belakang Saya

Saya bicara lancar sekali saat itu. Sebab dibelakang saya ada beberapa tokoh-tokoh yang cukup terkenal. Ada Paulo Coelho, Bethoven, Pramoedya Ananta Toer, Abraham Lincoln, Ernesto Guevara, Juga Gus Dur yang semuanya doyan ngopi. Meski saya tidak mewakili suara mereka, tetapi saya menyuarakan soal kecintaan yang sama pada si hitam dari benua hitam anggur arab, kahwa yang mendorong produktivitas dunia.

Bagi saya, sulit sekali membayangkan revolusi terjadi tanpa secangkir kopi. Sebab Secangkir kopi adalah ledakan ide, dorongan kekuatan, gentusan semangat yang tak tergantikan saat suntuk, kantuk, lelah meruah dan semangat pudar.

Secangkir kopi adalah jalan keluar dari kebuntuan. Itulah sebabnya Dongeng Kopi saya rawat dengan penuh cinta karena ya memang suka. Memang gairah, memang bagian dari hidup saya.

Rabu, 22 Juli 2020

Kepler, Alumnus Kelas Seduh yang malah Bikin Jogja Rental

Kelas Seduh Manual Dongeng Kopi sudah kami gelar semenjak kami pertama kali pindah di Gorongan. Saat itu berangkat dari permintaan para pelanggan yang ingin mendalami bagaimana membikin kopi yang enak dan layak saji pasca program #MakeYourOwnCoffee. Satu program yang kami buat sebagai bagian dari realisasi kami atas kampanye stop kopi sobek.

Make Your Own Coffee kami langsungkan saban pagi sampai matari menggelincir tepat di ubun-ubun kepala. Dari pagi pukul delapan sampai pukul 12 siang. Kawan-kawan bisa bikin kopi sendiri didampingi oleh barista kami untuk cara menyeduh kopi yang layak. Lalu saat membayar bisa bayar suka-suka. Sebuah aksi nyata bahwa semua orang bisa menikmati kopi terbaik tanpa kahawatir punya uang atau tidak.

Nah, tidak sedikit dari pelanggan yang tidak puas di sesi ini.

Selasa, 21 Juli 2020

Merangkai Kembang Bersama Mone, Merangkai Kisah Ngopi sedari SMP

Bahwa regenerasi pelanggan itu benar adanya saya amini lewat Mone, Adik kandung karib saya Rere yang saya saksikan tumbuh menjadi penggemar kopi semenjak dari SMP. Sejak kami masih nongkrong di Mato, kedai kopi pinggir selokan mataram yang legendaris, yang dulunya masih selebar petak kos-kosan samping garasi bis, dekat RRI deretan para penjual jersey, hingga mato buka cabang, sampai saya bikin warung kopi di Bardiman, saya bikin Dongeng Kopi, sampai kami pindah empat kali, Mone adalah satu pelanggan laten untuk urusan nongkrong di kedai kopi.

Meski hanya pelanggan, mone punya pergaulan yang luas antar kedai dan sangat aktual untuk perkembangan informasi kedai kopi di Jogja. Ia bahkan hafal aneka menu unggulan di berbagai kedai yang membentang dari utara sampai selatan. Berikut kapan promonya digelar ia tak pernah ketinggalan untuk memanfaatkannya. Tetapi soal loyalitas ngopi, jangan tanya, ia hanya setia di Dongeng Kopi.