Senin, 26 Oktober 2015

Baba Budan, Multatuli dan Secangkir Dongeng Kopi[1]


“Omne tulit punctum qui miacuit (Orang yang mencampur sesuatu yang berguna dengan sesuatu yang menyenangkan akan mendapatkan segalanya).”
Multatuli, Max Havelaar: Or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company

Bila kita menyesap secangkir kopi, setidaknya kita harus berterimakasih kepada dua orang. Pertama kepada Baba Budan[3]. Selanjutnya kepada Multatuli. Mereka adalah orang paling berjasa hingga kita bisa menikmati ragam kopi yang luar biasa. Tanpa Baba Budan, barangkali kita tidak akan mengenal langgam single origin[4]. Tanpa Multatuli[5], barangkali politik etis tak pernah terjadi sehingga kita belum tentu bisa merdeka menikmati kopi sambil ngrasanin pemerintahan.
Baba Budan memotong ketergantungan kopi selama 500 tahun terhadap timur tengah, Multatuli memotong belenggu penindasan yang begitu mengakar di Hindia Belanda. Keduanya melakukan dengan hasrat sungguh-sungguh dan jauh dari pada mengejar keuntungan pribadi. Ada nurani yang menjadi landasan mereka bertindak.
Menjalani dengan Passion
Dongeng Kopi awalnya adalah akun social media yang berbagi soal cerita kopi. semula hanyalah akun twitter bernama @dongengkopi. Sejak Oktober 2012 @dongengkopi menyajikan cerita tentang kopi dan kejadian yang menyertainya. Setiap cerita yang menguap bersama secangkir kopi yang terhidang dikicaukan melalui akun ini. Sejak pancingan pertama, banyak orang mencuitkan kegiatan dan pengalaman ngopi mereka, termasuk puisi dan beberapa foto aktivitas ngopi. Interaksi yang mendalam muncul dari banyak orang di seluruh Indonesia. Selain berbalas cuit, mereka juga membagi referensi tentang kopi, mulai dari tautan blog, tempat ngopi yang asik, foto lokasi ngopi, hingga kegitan membuat kopi itu sendiri. Interaksi ini dengan sendirinya membentuk komunitas kopi di dunia maya.
Seiring bergulirnya waktu, beberapa netizen mengusulkan untuk membuat wadah kopi darat. Sehingga perjalanan @dongengkopi menjelma dari kopi maya ke kopi darat.  Butuh waktu dua tahun untuk usulan tersebut terealisasi. Tahun 2014, pada bulan Agustus Dongeng Kopi Jogja resmi berdiri, sebuah warung kopi komunitas yang menghimpun banyak orang, bukan hanya fokus pada aktivitas kopi, tapi juga diniatkan sebagai ruang edukasi dan interaksi komunitas di Jogja dan Indonesia
Pada Desember 2014, Dongeng Kopi Jogja dan Indie Book Corner bergabung menjadi Dongengkopi & Indiebook. Menyatukan gagasan edukasi di dunia perbukuan, kopi, komunitas dan ilmu pengetahuan lainnya, dua unit komunitas dan bisnis ini diniatkan menjadi pusat konsentrasi komunitas di Jogja. Dengan menggandeng seniman-seniman street art, tembok bangunan dijadikan alat kampanye kegiatan ngopi dan baca buku.
Ada berbagai kelas yang kami susun untuk menambah soft skill maupun pengetahuan juga wacana yang terintegrasi dengan berbagai komunitas di Jogjakarta. Diantaranya Kelas Menulis Freedom Writer bersama penulis penulis Indie Book Corner, Kelas puisi bersama penyair penyair muda, Kelas Jurnalistik bersama teman-teman persma, serta kelas Ngaji Kopi, Sekolah Barista, serta Kelas Cupping Kopi.
Ruang kami terbuka untuk seluruh organisasi, institusi maupun kelompok minat bakat yang hendak menggunakan ruang kami untuk pertemuan, diskusi maupun berbagai agenda yang terkait program kerja yang telah disusun utamanya untuk reproduksi pengetahuan, peningkatan skill dan wacana bagi kemajuan pemuda Indonesia.
Dengan beberapa fasilitas seperti Wifi dengan kecepatan 10 Megabita, Aneka literatur bacaan yang cukup komprehensif, LCD Proyektor, serta sound system pendukung acara yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan yang dilangsungkan. Beberapa hal yang sudah kami kembangkan di Dongeng Kopi adalah:
Coffeeshop/Kedai Kopi
Homebase Dongeng Kopi ada di Jl. Wahid Hasyim no 3 Gorongan Condong Catur Depok Sleman Jogjakarta. Gerai yang pertama ini dikenal dengan nama DKJ, merupakan kependekan dari Dongeng Kopi Jogja. Mengambil konsep 3rd wave Coffeshop, DKJ menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang bermuara pada ragam pilihan menikmati kopi dengan berbagai cara. Menggunakan Mesin Simonelli Apia, serta mesin roasting Gene Cafe, berikut dengan seluruh perangkat alat manual brewing merupakan komitmen yang besar bagi DKJ untuk melakukan edukasi terhadap pengunjung serta aktif dalam kampanye #stopkopisobek.
Merchandise Coffee
Dalam kampanye brand identity suatu perusahaan atau produk, merchandise acap kali jadi metode efektif untuk dilakukan. Merchandise, termasuk dalam tipe Below The Line (BTL) advertising, yaitu upaya periklanan tanpa menggunakan media-media iklan konvesional, seperti media massa (e.g. televisi, radio, surat kabar, majalah dsb).
Permintaan yang cukup intensif dari pelanggan yang loyal, mengenai merchandise kemudian mendorong perusahaan untuk memproduksi merchandise secara massal yang merupakan pengembangan dari lini usaha baru. Pengalaman yang lebih dari dua tahun dari Perusahaan Homeland Creative sebagai perusahaan advertising menjadi faktor penting atas produk-produk yang dihasilkan.
Equipment/tool Coffee
Kesadaran akan bagaimana menikmati kopi dewasa ini semakin berkembang pesat. Konsumen sudah mulai ‘rewel’ dan cenderung memilih hendak diapakan serta kopi seperti apa yang akan ia nikmati saat bertandang di sebuah kedai. Konsumen semakin kritis dan ini merupakan buah edukasi pasar yang sudah dibangun semenjak boom kedai kopi pada tahun 2005 di Jogja.
Perkembangan kedai yang menjamur bak cendawan di musim penghujan merupakan potensi besar selain peningkatan kesadaran konsumen kopi di Jogjakarta dalam pengembangan lini perdagangan peralatan kopi. Jaringan suplier tools coffee yang dimiliki dongeng kopi merupakan keunggulan tersendiri untuk terlibat dalam melayani kebutuhan pelanggan akan berbagai peralatan dan perlengkapan kopi.
Roast Bean/Ground Bean
Pertumbuhan tingkat konsumsi kopi di Jogjakarta sangat menggembirakan bagi pelaku usaha kedai kopi. Kebiasaan minum kopi instant, seiring waktu sudah mulai ditinggalkan. Pasar mulai tersegmentasi menjadi banyak bagian, dan perkembangan konsumen kopi freshly brewed sangat menggembirakan. Jogjakarta sebagai tujuan wisata juga menjadi faktor lain atas pertumbuhan konsumsi kopi. Tingkat okupasi hotel, dapat dilihat di akhir pekan yang selalu sesak dipenuhi wisatawan dari berbagai penjuru. Tentunya hal ini tidak bisa diabaikan, sebagai pasar yang bisa kita garap.
Mobile Cafe: Kombikongo & Kopadja
Persaingan gerai coffeeshop merupakan dinamika yang terus berkembang pada saat ini. Keunggulan produk, lokasi, atmosfir gerai, serta berbagai pilihan promo, harga harus menjadi faktor pendukung untuk coffeshop melakukan penetrasi pasar, berkembang dan melakukan ekspansi yang bermuara pada peningkatan laba perusahaan.
Belanja iklan, flyering, berkampanye melalui buzzer, mensponsori sebuah acara, membeli halaman di media cetak, maupun memasang billboard di daerah tersibuk dan terpadat masih kurang efektif dan bahkan hanya membuang anggaran sia-sia tetapi hasilnya belum tentu maksimal. Maka guna menjawab persoalan mengenai kampanye brand, edukasi pasar secara mendalam, sekaligus menyisir konsumen baru,  Dongeng Kopi melakukan pengembangan dua armada bergerak sekaligus yaitu KOMBIKONGO dan KOPADJA.
1.         KOMBIKONGO
Merupakan kependekan dari Kombi Konco Ngopi. Kombi merupakan salah satu pelopor dari kargo dan penumpang van modern di dunia. Mobil pabrikan Jerman dengan merk dagang Volkswagen ini memiliki ruang yang lapang, elegan, classic dan selalu menjadi pusat perhatian dimanapun. Berbagai kelebihan tersebut menjadikan kami memilih kombi untuk dikawinkan sebagai tempat konco ngopi yang bergerak dimanapun, di berbagai penjuru mata angin area Jogjakarta.
2.         KOPADJA
Guna mengisi ruang kosong di jeda antar coffeeshop, Dongeng Kopi meluncurkan Kopi Patjal Djaja pada pertengahan bulan Desember 2013. Sama seperti Kombikongo, Pantjal Djaja mangkal layaknya pedagang kaki lima. Memberikan edukasi mengenai kopi, serta aktif dalam kampanye #StopKopiSobek. Kopadja dapat dijumpai saban minggu di Sunday Morning Jogjakarta, dan saban hari berkeliling di area Kampus UGM, UAJY, UPN, YKPN, dan UNY serta UIN Sukijo.
Consulting Development Product
Tim yang berdedikasi serta memiliki passion yang besar terhadap pekerjaan serta expert di bidang coffeeshop serta riteling product maupun kampanye product menjadikan kami sebagai salah satu Consultant dari berbagai perseorangan maupun instansi. Pengembangan Badan Usaha Milik daerah di salah satu Kabupaten di Lampung, pendampingan terhadap berbagai kelompok tani kopi di berbagai wilayah di Indonesia adalah salah satu rekam jejak kami yang terus menerus concern terhadap peningkatan kualitas kopi, dan visi kami untuk mewujudkan kopi berkualitas, murah untuk rakyat.
Dongeng Kopi Barista School
Guna memasyarakatkan profesi barista, sekaligus memuliakan kopi Indonesia yang luar biasa, secara rutin dan tentatif kami memnggelar kelas barista. Bersama tim yang berpengalaman lebih dari 10 tahun, kami menggelar kursus singkat untuk pemahaman tingkat awal, menengah dan lanjut hingga tingkat mahir.





[1] Disampaikan dalam Talk Show “Study & Practice: How to Turn Your Knowledge & Passion into Successfull’s Life” Selasa, 29 September 2015 di Ruang Seminar FISIP UPN Veteran Yogyakarta
[2] Juru cerita di Dongeng Kopi. Kernet di kombikongo, tukang pancal di Kopaja. Suka ngopi, suka ngopini. Bisa di kontak di renggodarsono@gmail.com  
[3] Seorang Sufi dari India yang pertama kali menyelundupkan kopi keluar dari Timur Tengah. Sepulang dari menunaikan ibadah haji di Mekkah, Baba Budan singgah ke Mocca, Yaman (1670). Sebanyak tujuh bibit kopi ia selundupkan dengan cara mengikat di perutnya, baba berhasil menanamnya di kampung halamannya. Sejak itulah pohon kopi tersebar ke seluruh dunia.
[4] Kopi original yang dihasilkan dari daerah tertentu tanpa adanya campuran dari kopi daerah lain (tanpa blend). Indonesia mendapatkan julukan sebagai surga kopi dunia pada pameran Specialty Coffee Association of America (SCAA) 2015 yang berlangsung di Seattle, Amerika Serikat setelah melihat 39 single origin kopi terbaik dari berbagai daerah di Indonesia.
[5]  Penulis buku berjudul Max Havelaar (1859) merupakan nama pena dari Eduard Douwes Dekker, seorang pegawai pemerintah yang kecewa di Hindia Belanda. Buku yang ia tulis berkisah mengenai penindasan pada petani kopi. Karyanya juga mendapat sebutan sebagai“buku yang membunuh kolonialisme”.

0 komentar:

Posting Komentar