“Omne tulit punctum qui miacuit
(Orang yang mencampur sesuatu yang berguna dengan sesuatu yang menyenangkan
akan mendapatkan segalanya).”
― Multatuli, Max Havelaar: Or the
Coffee Auctions of the Dutch Trading Company
Bila
kita menyesap secangkir kopi, setidaknya kita harus berterimakasih kepada dua
orang. Pertama kepada Baba Budan[3].
Selanjutnya kepada Multatuli. Mereka adalah orang paling berjasa hingga kita
bisa menikmati ragam kopi yang luar biasa. Tanpa Baba Budan, barangkali kita
tidak akan mengenal langgam single origin[4].
Tanpa Multatuli[5],
barangkali politik etis tak pernah terjadi sehingga kita belum tentu bisa
merdeka menikmati kopi sambil ngrasanin
pemerintahan.
Baba
Budan memotong ketergantungan kopi selama 500 tahun terhadap timur tengah,
Multatuli memotong belenggu penindasan yang begitu mengakar di Hindia Belanda. Keduanya
melakukan dengan hasrat sungguh-sungguh dan jauh dari pada mengejar keuntungan
pribadi. Ada nurani yang menjadi landasan mereka bertindak.
Menjalani dengan
Passion
Dongeng
Kopi awalnya adalah akun social media yang berbagi soal cerita kopi. semula
hanyalah akun twitter bernama @dongengkopi. Sejak Oktober 2012 @dongengkopi
menyajikan cerita tentang kopi dan kejadian yang menyertainya. Setiap cerita
yang menguap bersama secangkir kopi yang terhidang dikicaukan melalui akun ini.
Sejak pancingan pertama, banyak orang mencuitkan kegiatan dan pengalaman ngopi
mereka, termasuk puisi dan beberapa foto aktivitas ngopi. Interaksi yang
mendalam muncul dari banyak orang di seluruh Indonesia. Selain berbalas cuit,
mereka juga membagi referensi tentang kopi, mulai dari tautan blog, tempat
ngopi yang asik, foto lokasi ngopi, hingga kegitan membuat kopi itu sendiri.
Interaksi ini dengan sendirinya membentuk komunitas kopi di dunia maya.
Seiring
bergulirnya waktu, beberapa netizen mengusulkan untuk membuat wadah kopi darat.
Sehingga perjalanan @dongengkopi menjelma dari kopi maya ke kopi darat. Butuh waktu dua tahun untuk usulan tersebut
terealisasi. Tahun 2014, pada bulan Agustus Dongeng Kopi Jogja resmi berdiri,
sebuah warung kopi komunitas yang menghimpun banyak orang, bukan hanya fokus
pada aktivitas kopi, tapi juga diniatkan sebagai ruang edukasi dan interaksi
komunitas di Jogja dan Indonesia
Pada
Desember 2014, Dongeng Kopi Jogja dan Indie Book Corner bergabung menjadi
Dongengkopi & Indiebook. Menyatukan gagasan edukasi di dunia perbukuan,
kopi, komunitas dan ilmu pengetahuan lainnya, dua unit komunitas dan bisnis ini
diniatkan menjadi pusat konsentrasi komunitas di Jogja. Dengan menggandeng
seniman-seniman street art, tembok bangunan dijadikan alat kampanye kegiatan
ngopi dan baca buku.
Ada
berbagai kelas yang kami susun untuk menambah soft skill maupun pengetahuan
juga wacana yang terintegrasi dengan berbagai komunitas di Jogjakarta.
Diantaranya Kelas Menulis Freedom Writer bersama penulis penulis Indie Book
Corner, Kelas puisi bersama penyair penyair muda, Kelas Jurnalistik bersama
teman-teman persma, serta kelas Ngaji Kopi, Sekolah Barista, serta Kelas
Cupping Kopi.
Ruang
kami terbuka untuk seluruh organisasi, institusi maupun kelompok minat bakat
yang hendak menggunakan ruang kami untuk pertemuan, diskusi maupun berbagai
agenda yang terkait program kerja yang telah disusun utamanya untuk reproduksi
pengetahuan, peningkatan skill dan wacana bagi kemajuan pemuda Indonesia.
Dengan
beberapa fasilitas seperti Wifi dengan kecepatan 10 Megabita, Aneka literatur
bacaan yang cukup komprehensif, LCD Proyektor, serta sound system pendukung
acara yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan yang dilangsungkan.
Beberapa hal yang sudah kami kembangkan di Dongeng Kopi adalah:
Coffeeshop/Kedai Kopi
Homebase
Dongeng Kopi ada di Jl. Wahid Hasyim no 3 Gorongan Condong Catur Depok Sleman
Jogjakarta. Gerai yang pertama ini dikenal dengan nama DKJ, merupakan
kependekan dari Dongeng Kopi Jogja. Mengambil konsep 3rd wave Coffeshop, DKJ
menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang bermuara pada ragam pilihan
menikmati kopi dengan berbagai cara. Menggunakan Mesin Simonelli Apia, serta
mesin roasting Gene Cafe, berikut dengan seluruh perangkat alat manual brewing
merupakan komitmen yang besar bagi DKJ untuk melakukan edukasi terhadap
pengunjung serta aktif dalam kampanye #stopkopisobek.
Merchandise Coffee
Dalam
kampanye brand identity suatu perusahaan atau produk, merchandise acap kali
jadi metode efektif untuk dilakukan. Merchandise, termasuk dalam tipe Below The
Line (BTL) advertising, yaitu upaya periklanan tanpa menggunakan media-media
iklan konvesional, seperti media massa (e.g. televisi, radio, surat kabar,
majalah dsb).
Permintaan
yang cukup intensif dari pelanggan yang loyal, mengenai merchandise kemudian
mendorong perusahaan untuk memproduksi merchandise secara massal yang merupakan
pengembangan dari lini usaha baru. Pengalaman yang lebih dari dua tahun dari
Perusahaan Homeland Creative sebagai perusahaan advertising menjadi faktor
penting atas produk-produk yang dihasilkan.
Equipment/tool Coffee
Kesadaran
akan bagaimana menikmati kopi dewasa ini semakin berkembang pesat. Konsumen
sudah mulai ‘rewel’ dan cenderung memilih hendak diapakan serta kopi seperti
apa yang akan ia nikmati saat bertandang di sebuah kedai. Konsumen semakin
kritis dan ini merupakan buah edukasi pasar yang sudah dibangun semenjak boom
kedai kopi pada tahun 2005 di Jogja.
Perkembangan
kedai yang menjamur bak cendawan di musim penghujan merupakan potensi besar
selain peningkatan kesadaran konsumen kopi di Jogjakarta dalam pengembangan
lini perdagangan peralatan kopi. Jaringan suplier tools coffee yang dimiliki
dongeng kopi merupakan keunggulan tersendiri untuk terlibat dalam melayani
kebutuhan pelanggan akan berbagai peralatan dan perlengkapan kopi.
Roast Bean/Ground
Bean
Pertumbuhan
tingkat konsumsi kopi di Jogjakarta sangat menggembirakan bagi pelaku usaha
kedai kopi. Kebiasaan minum kopi instant, seiring waktu sudah mulai ditinggalkan.
Pasar mulai tersegmentasi menjadi banyak bagian, dan perkembangan konsumen kopi
freshly brewed sangat menggembirakan. Jogjakarta sebagai tujuan wisata juga
menjadi faktor lain atas pertumbuhan konsumsi kopi. Tingkat okupasi hotel,
dapat dilihat di akhir pekan yang selalu sesak dipenuhi wisatawan dari berbagai
penjuru. Tentunya hal ini tidak bisa diabaikan, sebagai pasar yang bisa kita
garap.
Mobile Cafe:
Kombikongo & Kopadja
Persaingan
gerai coffeeshop merupakan dinamika yang terus berkembang pada saat ini.
Keunggulan produk, lokasi, atmosfir gerai, serta berbagai pilihan promo, harga
harus menjadi faktor pendukung untuk coffeshop melakukan penetrasi pasar,
berkembang dan melakukan ekspansi yang bermuara pada peningkatan laba
perusahaan.
Belanja
iklan, flyering, berkampanye melalui buzzer, mensponsori sebuah acara, membeli
halaman di media cetak, maupun memasang billboard di daerah tersibuk dan
terpadat masih kurang efektif dan bahkan hanya membuang anggaran sia-sia tetapi
hasilnya belum tentu maksimal. Maka guna menjawab persoalan mengenai kampanye
brand, edukasi pasar secara mendalam, sekaligus menyisir konsumen baru, Dongeng Kopi melakukan pengembangan dua
armada bergerak sekaligus yaitu KOMBIKONGO dan KOPADJA.
1. KOMBIKONGO
Merupakan
kependekan dari Kombi Konco Ngopi. Kombi merupakan salah satu pelopor dari
kargo dan penumpang van modern di dunia. Mobil pabrikan Jerman dengan merk
dagang Volkswagen ini memiliki ruang yang lapang, elegan, classic dan selalu
menjadi pusat perhatian dimanapun. Berbagai kelebihan tersebut menjadikan kami
memilih kombi untuk dikawinkan sebagai tempat konco ngopi yang bergerak
dimanapun, di berbagai penjuru mata angin area Jogjakarta.
2. KOPADJA
Guna
mengisi ruang kosong di jeda antar coffeeshop, Dongeng Kopi meluncurkan Kopi
Patjal Djaja pada pertengahan bulan Desember 2013. Sama seperti Kombikongo,
Pantjal Djaja mangkal layaknya pedagang kaki lima. Memberikan edukasi mengenai
kopi, serta aktif dalam kampanye #StopKopiSobek. Kopadja dapat dijumpai saban
minggu di Sunday Morning Jogjakarta, dan saban hari berkeliling di area Kampus
UGM, UAJY, UPN, YKPN, dan UNY serta UIN Sukijo.
Consulting
Development Product
Tim
yang berdedikasi serta memiliki passion yang besar terhadap pekerjaan serta
expert di bidang coffeeshop serta riteling product maupun kampanye product
menjadikan kami sebagai salah satu Consultant dari berbagai perseorangan maupun
instansi. Pengembangan Badan Usaha Milik daerah di salah satu Kabupaten di
Lampung, pendampingan terhadap berbagai kelompok tani kopi di berbagai wilayah
di Indonesia adalah salah satu rekam jejak kami yang terus menerus concern
terhadap peningkatan kualitas kopi, dan visi kami untuk mewujudkan kopi
berkualitas, murah untuk rakyat.
Dongeng Kopi Barista
School
Guna
memasyarakatkan profesi barista, sekaligus memuliakan kopi Indonesia yang luar
biasa, secara rutin dan tentatif kami memnggelar kelas barista. Bersama tim
yang berpengalaman lebih dari 10 tahun, kami menggelar kursus singkat untuk
pemahaman tingkat awal, menengah dan lanjut hingga tingkat mahir.
[1]
Disampaikan dalam Talk Show “Study &
Practice: How to Turn Your Knowledge & Passion into Successfull’s Life”
Selasa, 29 September 2015 di Ruang Seminar FISIP UPN Veteran Yogyakarta
[2]
Juru cerita di Dongeng Kopi. Kernet di kombikongo, tukang pancal di Kopaja.
Suka ngopi, suka ngopini. Bisa di kontak di renggodarsono@gmail.com
[3] Seorang
Sufi dari India yang pertama kali menyelundupkan kopi keluar dari Timur Tengah.
Sepulang dari menunaikan ibadah haji di Mekkah, Baba Budan singgah ke Mocca,
Yaman (1670). Sebanyak tujuh bibit kopi ia selundupkan dengan cara mengikat di
perutnya, baba berhasil menanamnya di kampung halamannya. Sejak itulah pohon
kopi tersebar ke seluruh dunia.
[4]
Kopi original yang dihasilkan dari daerah tertentu tanpa adanya campuran dari kopi
daerah lain (tanpa blend). Indonesia mendapatkan julukan sebagai surga kopi
dunia pada pameran Specialty Coffee Association of America (SCAA) 2015 yang
berlangsung di Seattle, Amerika Serikat setelah melihat 39 single origin kopi
terbaik dari berbagai daerah di Indonesia.
[5] Penulis buku berjudul Max Havelaar (1859)
merupakan nama pena dari Eduard Douwes Dekker, seorang pegawai pemerintah yang
kecewa di Hindia Belanda. Buku yang ia tulis berkisah mengenai penindasan pada
petani kopi. Karyanya juga mendapat sebutan sebagai“buku yang membunuh
kolonialisme”.
0 komentar:
Posting Komentar