Rabu, 29 Juli 2020

Mengisi Pandemi Untuk Dokumentasi


Persis setelah wabah korona diumumkan sebagai bencana nasional, yang langsung ditangani dengan pembentukan gugus tugas oleh pemerintah, praktis banyak warga termasuk saya jadi ngelangut karena keterbatasan aktivitas yang sebelumnya itu grobas grabus terabas sana sini gak ngerti wayah jadi mlungker disuruh diam saja dirumah untuk karantina jadi blingsatan mati gaya.
Biasanya ketemu sana sini, mobat mabit kian kemari, jadi ndak bisa ngapa-ngapain jadi bikin pikiran kemana mana.
Apalagi begitu laju pertumbuhan terkonfirmasi positif meningkat, lantas angka kematian melonjak, semakin ketakutan yang terus tayang dikepala kita.
Jualan juga mandeg. Warung harus ditutup karena terjadi eksodus besar-besaran keluar dari Jogja para pelanggan yang kebanyakan adalah pelajar dan mahasiswa. Pelancong yang biasanya rutin memadati kedai Dongeng Kopi di Jumat Sabtu dan Minggu tiba tiba surut. Sebagian barista didaulat pulang ke rumah oleh orang tuanya masing-masing.
Saya berubah haluan jadi jualan gendul literan, kopi bubukan dan rajin mantengin social media buat dagang. Whatsapp pribadi dialih fungsikan jadi bisnis agar bisa masang katalog produk, orang orang yang biasanya kerja di sektor wisata bersalin rupa,
berdagang seadanya mulai dari bakulan ikan, sampai layangan, pokok ada kegiatan, ada kesibukan dan menghasilkan uang.
Menggantungkan sepenuhnya atas bantuan adalah kekonyolan besar. Sebab Pemerintah tak ubahnya pesolek yang gemar pupuran dan bergincu merah bersolek seolah olah sebagai malaikat penolong namun praktiknya hanya jatuh pada golongan mereka saja, tidak merata, dan memang sak-sake sak kecandake.
Lantas Jumpa Asa, kawan lama yang sempat jumpa di pertautan kedai Kopi dekat Tugu dan pelanggan gaek Dongeng Kopi saat masih di Kyai Mojo. Asa sudah sekian waktu mengelola satu unit bisnis yang bergerak di bidang dokumentasi audio visual. Pandemi menghantam kencang usahanya. Beberapa projek gagal, ditunda entah sampai kapan. Beberapa kesepakatan dibatalkan karena keadaan yang tidak memungkinkan.
Asa lalu mengajak Dongeng Kopi berkolaborasi untuk mendokumentasikan banyak hal. Satu cita-cita saya yang akhirnya terkabul di era pandemi. Pada kahanan yang sulit malah kita bisa bikin kolaborasi.
Bersama Studio Elevate, lantas kita bikin Gugus Gagas Dongeng Kopi di kanal Youtube harapannya bekerja untuk merangkum kawan-kawan yang beririsan di Dongeng Kopi dari berbagai lapangan.
Berbagi inspirasi, berbagi kisah dan pengalaman serta sedikit ilmu dari para ahli berdasar pengalaman masing masing. Kami memulainya dengan sederhana. Dengan segala keterbatasan yang kami miliki yang semoga menggelinding jadi sesuatu yang ajeg dan tidak obong obong blarak. Panas di awal lantas padam. Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar