Kamis, 29 Mei 2008

Kisah Katak


Ada sebuah cerita menarik yang saya dapat dari sebuah forum. Cukup menjadi penyemangat kita untuk mengejar dan berlari meraih apapun. Saya cuplik dari forum tersebut untuk saya sajikan disini. semoga bisa memotivasi kita semua....
Dua ekor katak berlompatan dengan riangnya di sebuah halaman rerumputan sebuah peternakan sapi. Seorang ibu yang sedang membersihkan halaman kandang yang melihat kedua katak itu berusaha mengusir dengan sebuah gagang sapu dan membuat kedua katak itu lari ketakutan.
“Cepat, kearah sana”, kata salah seekor katak itu “Saya melihat tempat persembunyian yang baik dan pasti sulit dijangkau oleh gagang sapu itu”
kata si katak menunjuk arah kandang sapi perah yang ada didalam peternakan tsb.
“Ayo, cepat” seru si katak pertama dan keduanya melompat-lompat melompat tinggi, lebih tinggi, semakin tinggi lompatannya dan sangat tinggi kearah pagar kandang menuju tempat dimana mereka akan bersembunyi.
“Plung” pada lompatan terakhir, keduanya serentak mendarat di sebuah ember yang berisi susu segar dan segera mereka berenang ke tepi ember dan berusaha untuk naik keluar dari ember itu sambil sesekali melompat, tapi tidak berhasil. “Oh kawan, habislah kita kali ini, ember aluminium ini sungguh sangat licin, rasanya tidak mungkin memanjatnya, habislah kita kali ini, kita tak bisa kemana-mana lagi, kita akan mati tenggelam disini” kata katak kedua.

Kamis, 03 April 2008

Ajari Aku Mimpi!


Kau tahu kawan, betapa susahnya menjadi tumpuan pengharapan serta menjadi mimpi bagi keluarga. Sulit kawan, sulit tetapi bukan lalu harus ragu lantas getas. Harus kuat. Harus mampu bangkit dan menggigit. Jangan menyerah!
Jangan kalah!
Jangan lelah buat meniup mimpi menjadi gelembung besar. Sebesar bola dunia jika perlu. Atau sebesar galaksi sekalian. Biar tak tanggung-tanggung meraih mimpimu menjadi lebih.
Bermimpi.
Kawan-kawan saya juga semua sedang bermimpi hari ini. Bermimpi sekolah lagi di inggris, bermimpi menguasai asset 50 milyar, bermimpi jadi polisi, bermimpi kawin dengan orang jepang, bermimpi jadi penulis besar, bermimpi jadi politisi, bermimpi jadi pengusaha, bermimpi punya toko buku, bermimpi mnyelesaikan skripsi,
Semua sedang bermimpi. Bermimpi sebagai bagian dari cita-cita yang akan dikupas agar menjadi nyata dalam bentuk sesungguhnya.
Bukan hanya bungkusnya saja.

Sabtu, 19 Januari 2008

Onde-Onde Si Ode…


Teman ada-tiada,
datang dan pergi
tetapi,
cerita ini harus terus berjalan kawan!
Seperti onde-onde, baluran wijen di tiap sisi penganan berbentuk bola inilah yang menjadi butiran cerita manusia. Begitu banyak, dan ini salah satunya…
Jumat ini hari berat bagi saya 9 november 2007. Kabar buruk datang dari pesan singkat ponsel saya mengenai kabar terakhir kawan kami. Lima belas hari setelah hilang tak ada kabar, Ode ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Akmal Yude, demikian nama lengkapnya. Intelektual organik dari Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga. Kader Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi, aktivis LPM Arena serta kawan satu perjuangan di Front Perjuangan Pemuda Indonesia.
Banyak cerita indah serta diskusi hangat bersama saya. KOMIK-UPN (Komunitas Mahasiswa Kritis Universitas Pembangunan Nasional) begitu kehilangan benar pada sosok ini. Beberapa kali kami begitu banyak dibantu dalam proses berorganisasi. Pendirian Ranjau News, sebagai organisasi pers pertama di UPN yang berbicara media pembebasan berpikir masyarakat kampus turut juga dibantu banyak oleh kawan satu ini. Kader militan itu kini meninggalkan kita kawan…

Senin, 14 Januari 2008

Biarkan Tersiksa Dahulu


Sukreto hampir mati. Penguasa negri selama 32 tahun itu sekarat di kasur rumah sakit pertamina, tak berdaya menanti ajal tiba.
Aku termasuk orang yang membenci Sukreto hingga kini. Belum pupus bahkan seujung kukupun. Dialah jendral bintang besar pembantai salah satu keluarga besar kami. Keluarga kami yang harusnya adem ayem tentrem tanpa usikan penjahat bersenyum palsu di duit limapuluhan ribu jaman lalu harus menanggung derita sepanjang cerita.
Sepanjang umur masih memagut di tubuh sebelum kemudian diambil oleh Sang Pencipta.
dia.
Ya,
Hanya dialah yang patut disalahkan dari semua ini. Tidak ada yang lain. Kami harus merelakan kakek kami berkalang tanah di usia mudanya. Sebelum menyaksikan satupun cucunya mecungul ke dunia. Mencerai-beraikan yang ditinggalkan, menjejakkan noda hitam sepanjang 34 tahun. Sebelum akhirnya di bersihkan oleh Gusmur kala Beliau naik menjadi Presiden. Tapi, sakit itu tak pernah bisa tercerabut.
Karena terlalu pedih mungkin.

Terlalu pahit mungkin, atau bisa jadi terlalu kuat menerancap.
Aku hanyalah cucunya. Cucu yang tidak pernah melihat batang hidungnya secara langsung melainkan hanya melalui sepotong gambar buram yang diambil seminggu sebelum peristiwa itu terjadi.
1965
Keluarga besar kami bergambar.
Kakek, nenek dan enam orang anak kecil-kecil ijo royo-royo dengan cita-cita besar dan harapan setinggi gemintang.

Kamis, 20 Desember 2007

Disaat Kita Dihadapkan Oleh Pilihan


Renggo Putro Widyarto*
“Quidquid agis, prudenter agas, et respice finem!”
Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan bijak dan pertimbangkan hasil akhirnya.

Pilihan kadang menyulitkan kita untuk melangkah. Ibarat soal-soal cek point, seringkali membuat seoarang murid mengerutkan kening berpikir lama bahakan tak jarang berujung pening, dibanding harus mengerjakan soal-soal essay. Begitu banyak pilihan mirip, namun tak jarang menyesatkan mulai dari A, bla…bla..bla.. sampai E bla…bla…bla…. Bila dibanding kita mengerjakan soal essay begitu kita tak bisa mengerjakan, kita sudah mendapat kepastian bahwa nilai kita bakal jeblok. Menjadi sangat banyak kemungkinan-kemungkinan dalam pilihan ganda. Walaupun nantinya yang menjadi kebenaran adalah satu diantaranya.
Demikian juga kita saat mengalami dilematis dalam pilihan hidup. Namun bagi saya memilih lebih baik dari pada dihadapkan pada kondisi tidak ada pilihan. Sulit memang, tetapi disitulah kemudian kita dituntut untuk berpikir jernih, bijaksana serta tidak gegabah membaca suatu keadaan. 

Jumat, 07 Desember 2007

Warung Kopi Code:Sumber Ekonomi Baru Di Tengah Derasnya Budaya ‘Ngopi’


Oleh: Renggo Putro Widyarto*
Bagaimana kita bisa berpikir bahwa ada warung kopi di pinggir jalan tanpa bangunan permanent sementara kita telah terbiasa dengan tempat kopi yang bagus? tetapi pengusaha kecil ini justru lebih jeli melihat situasi, melihat peluang pasar.


Jogja memang tak pernah berhenti melahirkan ide-ide besar dalam memandang apapun. Termasuk peluang. Dengan sekian predikat dari kota budaya, kota perjuangan serta kota pelajar menjadikan kota ini tak pernah berhenti menarik orang untuk berkunjung dan kemudian menetap. Sebagai kota pelajar, praktis banyaknya mahasiswa kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan budaya di dalamnya. Sebagai pendatang yang berasal dari seluruh penjuru tanah air, semakin menambah kekayaan karakter baru dari jogja. Indonesia mini bisa jadi tercermin dari kota tua ini.
Kita tentu telah banyak tahu mengenai karakteristik konsumen Indonesia yang salah satunya adalah suka berkumpul. Budaya ngopi, tak urung menjadi hal yang cocok bagi karakter konsumen kita. Berkumpul, berbagi cerita, melepas penat bersama teman-teman saudara dan handai taulan mau tidak mau selanjutnya dapat dikatakan adalah unsure latar belakang mengapa kemudian warung kopi begitu banyak bermunculan disini. Dahulu orang hanya mengenal ngopi di angkringan, kopi joss tugu, blandongan, atau bahkan di kafe-kafe seperti star bucks, excelso, J.Co. Tapi sekarang, kita hampir tidak mampu menghapal sekian tempat, saking banyaknya. Pergeseran gaya hidup semula bahwa ngopi identik di kafe dan harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit perlahan mulai terkikis dengan munculnya warung-warung kopi alternatif dengan harga bersaing. Hampir seluruh kalangan kini menikmati budaya ini, tidak lagi tersekup di kalangan atas, eksekutif muda dan kalangan bisnis.