Renggo Darsono
‘Ayu-ayu sisane si yuyu kang-kang
Yuyu-kang-kang juragan bakwan’
-Didi Kempot-
Masih ingat cerita mengenai Ande-Ande Lumut? Dimana Raden Panji sebagai tokohnya menyaru mencari istrinya Dewi Sekartaji?
Masih ingat bahwa Panji menjadi anak dari Mbok Randha Dadap?
Sementara beberapa perempuan (Kleting) mengharap ‘di daup ’ jadi istrinya, dan ternyata yang terpilih adalah Kleting Kuning padahal buruk rupa serta tiada pesona?
Saya menjadi teringat lakon cerita itu ketika suatu hari saya mendengar lagu Didi Kempot di makan siang pada satu waktu. Entah mengapa dengan serta merta saya menghubungkan dengan kisah saya. Tentang sulitnya serta susahnya mencari perempuan seperti Kleting Kuning, yang rela menderita mencari suaminya yang mengembara tanpa satu kabar ceritapun. Bahkan kesetiaannya teruji lewat tokoh Yuyu Kangkang juga berhasil ia buktikan. Saat Kleting Ijo, Kleting Biru, Kleting Merah harus melalui rintangan untuk menuju rumah Mbok Randha Dadap yang terbentang air nan tinggi ia tak mau susah dan saat si Yuyu Kangkang menawarkan jasa membantu menyeberangkann dengan imbal satu kecupan mereka bertiga menyanggupinya.
Lakon ini mencerminkan bahwa perempuan yang mudah putus asa serta menyerah sekaligus simbol betapa tidak semua pasangan kita selalu setia serta berbakti pada penambat hatinya.
Sama seperti sekarang di era modern, silau harta, silau tahta, silau kehormatan, beramai-ramai mereka mengorbankan apa yang menjadi kehormatan. Demi dunia….
“Nde Ande, ande ande ande lumut…
Tumungkula ana prawan kang ngunggah-unggahi,
Prawane kang ayu rupane….
Kleting ijo iku arane ”…