Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Agustus 2008

mampir bordess, singgah manggulawentah!

“Ngopi yuk, ngopi….”
Ajak Ketjor sembari menghisap ’ samsu’ kuat-kuat.
Bagi anda yang gemar ‘Ngopi’, belum lengkap rasanya bila belum mencicip sajian kopi dengan racikan barista pilihan Bordess d’13th. Sebuah warung di Kompleks Taman Kuliner Jogjakarta. Satu tempat dengan pilihan menu beragam, serta bermacam pilihan masakan dari penjuru seluruh nusantara.
Taman kuliner berlamat di belakang Terminal Condongcatur dengan kawasan taman nan menyenangkan. Begitu luas, sehingga amat pas buat keluarga besar berkumpul, sembari bergumul dan menyatukan hati sekedar melewatkan makan malam bersama.
Bordess d’13th adalah warung kopi ‘nyamleng’ dengan racikan tak sembarangan. Tentunya menjadi garansi utama dalam cita rasa. Saat ini bordess dikelola oleh dua anak muda satu bertubuh gempal serta satunya bertubuh ceking. Kopong dan Desto. Dua pemuda ini bertekad untuk memberikan pelayanan prima bagi pelanggannya.

Jumat, 18 Juli 2008

MENGGEJOK LESUNG BERBARENGAN, MENGHAJAR HABIS-HABISAN SANG BUTO YANG GALAK


Buto-buto galak, Solahmu lonjak-lonjak,
Sarwi sigrak-sigrak nyandak kunco nuli tanjak,
Bali ngadek maneh rupomu ‘ting caloneh
Kuwi buron opo, tak sengguh buron kang remeh.
Lha wong kowe-we..we sing mara-marai,
Lha wong kowe-we..we sing mara-marai,
hihi aku wedi ayo konco podho bali,
Galo kae-galo kae, Mripate plerak-plerok 2x
Galo kae-galo kae, kulite ambengkerok 2x
Hii hi aku wedi ayo konco podo bali1.__(tembang/Lagu dolanan jawa, N.N)__

Renggo Darsono
Seharusnya kita menjadi takut pada buto galak, yang hari ini meringsek masuk di setiap sendi hidup kita. Seharusnya kita waspada atau setidaknya melawan melalui kekuatan yang kita siapkan. Bukan dalam artian mistisisme kita memahami buto galak. Tetapi lebih ke konotasi siapakah buto galak itu.
Orang Jawa sesungguhnya telah jauh-jauh hari mengingatkan untuk selalu pergi menjauhinya atau mengusirnya jika berani.
Buto galak dalam mite jawa selalu datang manakala bulan penuh dengan memperumpamakan Sang ‘Buto akan memakan bulan bulat penuh-penuh. Lalu kita mengusirnya dengan gejok lesung. Dengan beramai-ramai menggejok lesung supaya Sang Buto berlalu pergi. Sehingga bencana tidak terjadi di masyarakat kita.

Minggu, 08 Juni 2008

Membaca ‘Kleting Kuning’ di Lain Kata


Renggo Darsono 
Ayu-ayu sisane si yuyu kang-kang
Yuyu-kang-kang juragan bakwan’
-Didi Kempot
-
Masih ingat cerita mengenai Ande-Ande Lumut? Dimana Raden Panji sebagai tokohnya menyaru mencari istrinya Dewi Sekartaji?
Masih ingat bahwa Panji menjadi anak dari Mbok Randha Dadap?
Sementara beberapa perempuan (Kleting) mengharap ‘di daup ’ jadi istrinya, dan ternyata yang terpilih adalah Kleting Kuning padahal buruk rupa serta tiada pesona?


Saya menjadi teringat lakon cerita itu ketika suatu hari saya mendengar lagu Didi Kempot di makan siang pada satu waktu. Entah mengapa dengan serta merta saya menghubungkan dengan kisah saya. Tentang sulitnya serta susahnya mencari perempuan seperti Kleting Kuning, yang rela menderita mencari suaminya yang mengembara tanpa satu kabar ceritapun. Bahkan kesetiaannya teruji lewat tokoh Yuyu Kangkang juga berhasil ia buktikan. Saat Kleting Ijo, Kleting Biru, Kleting Merah harus melalui rintangan untuk menuju rumah Mbok Randha Dadap yang terbentang air nan tinggi ia tak mau susah dan saat si Yuyu Kangkang menawarkan jasa membantu menyeberangkann dengan imbal satu kecupan mereka bertiga menyanggupinya.

Lakon ini mencerminkan bahwa perempuan yang mudah putus asa serta menyerah sekaligus simbol betapa tidak semua pasangan kita selalu setia serta berbakti pada penambat hatinya.
Sama seperti sekarang di era modern, silau harta, silau tahta, silau kehormatan, beramai-ramai mereka mengorbankan apa yang menjadi kehormatan. Demi dunia….
“Nde Ande, ande ande ande lumut…
Tumungkula ana prawan kang ngunggah-unggahi,
Prawane kang ayu rupane….
Kleting ijo iku arane ”…

Rabu, 04 Juni 2008

Tamparan dari SOE HOK GIE Lagi,


Dahulu Soe Hok Gie mengorek telinga mahasiswa UI dengan tulisannya mahasiswa UI yang wajahnya bopeng sebelah. Sekarang sepertinya ia tak sekedar menampar malahan, bila sang mendiang masih hidup

Kaum terdidik adalah sejarah kayu bakar dari api unggun perubahan. Dari 1908, 1928, 1945, 1966 hingga 1998 sejarah perubahan selalu didorong dari kampus. Dimulai dari ruang-ruang diskursus yang pada akhirnya mahasiswa menempatkan diri untuk disebut sebagai agent of change. Tetapi ironi menampar wajah kita hari ini. mahasiswa kita lebih nikmat dengan sekian pragmatisme1, hedonisme2, apatisme3, apolitis4, skeptisme5 yang sesungguhnya telah digelontorkan kapitalisme global. Tidak usah jauh menengok jauh sampai mata kita melotot.
Di kampus kita yang konon menggunakan sesanti Widya Mwat Yasa6 atau jargon disiplin, kejuangan dan kreativitas. Ternyata tak ubahnya menjadi melempem bak kerupuk yang terbuka diterpa udara mahasiswanya. Untuk berserikat, membangun supaya kuat saja, orang merasa tak sudi merumat. Lebih merasa nikmat bercengkrama bersama wanitanya, bergumul kemul bersama kawan kost, menghabiskan malam di dunia gemerlap sampai gelap menguap, serta beruntai gosip di warung kopi sampai pagi. Atau membunuh waktu memanja mata via belanja di megahnya pasar modern.

Kamis, 29 Mei 2008

Kisah Katak


Ada sebuah cerita menarik yang saya dapat dari sebuah forum. Cukup menjadi penyemangat kita untuk mengejar dan berlari meraih apapun. Saya cuplik dari forum tersebut untuk saya sajikan disini. semoga bisa memotivasi kita semua....
Dua ekor katak berlompatan dengan riangnya di sebuah halaman rerumputan sebuah peternakan sapi. Seorang ibu yang sedang membersihkan halaman kandang yang melihat kedua katak itu berusaha mengusir dengan sebuah gagang sapu dan membuat kedua katak itu lari ketakutan.
“Cepat, kearah sana”, kata salah seekor katak itu “Saya melihat tempat persembunyian yang baik dan pasti sulit dijangkau oleh gagang sapu itu”
kata si katak menunjuk arah kandang sapi perah yang ada didalam peternakan tsb.
“Ayo, cepat” seru si katak pertama dan keduanya melompat-lompat melompat tinggi, lebih tinggi, semakin tinggi lompatannya dan sangat tinggi kearah pagar kandang menuju tempat dimana mereka akan bersembunyi.
“Plung” pada lompatan terakhir, keduanya serentak mendarat di sebuah ember yang berisi susu segar dan segera mereka berenang ke tepi ember dan berusaha untuk naik keluar dari ember itu sambil sesekali melompat, tapi tidak berhasil. “Oh kawan, habislah kita kali ini, ember aluminium ini sungguh sangat licin, rasanya tidak mungkin memanjatnya, habislah kita kali ini, kita tak bisa kemana-mana lagi, kita akan mati tenggelam disini” kata katak kedua.

Kamis, 03 April 2008

Ajari Aku Mimpi!


Kau tahu kawan, betapa susahnya menjadi tumpuan pengharapan serta menjadi mimpi bagi keluarga. Sulit kawan, sulit tetapi bukan lalu harus ragu lantas getas. Harus kuat. Harus mampu bangkit dan menggigit. Jangan menyerah!
Jangan kalah!
Jangan lelah buat meniup mimpi menjadi gelembung besar. Sebesar bola dunia jika perlu. Atau sebesar galaksi sekalian. Biar tak tanggung-tanggung meraih mimpimu menjadi lebih.
Bermimpi.
Kawan-kawan saya juga semua sedang bermimpi hari ini. Bermimpi sekolah lagi di inggris, bermimpi menguasai asset 50 milyar, bermimpi jadi polisi, bermimpi kawin dengan orang jepang, bermimpi jadi penulis besar, bermimpi jadi politisi, bermimpi jadi pengusaha, bermimpi punya toko buku, bermimpi mnyelesaikan skripsi,
Semua sedang bermimpi. Bermimpi sebagai bagian dari cita-cita yang akan dikupas agar menjadi nyata dalam bentuk sesungguhnya.
Bukan hanya bungkusnya saja.

Sabtu, 19 Januari 2008

Onde-Onde Si Ode…


Teman ada-tiada,
datang dan pergi
tetapi,
cerita ini harus terus berjalan kawan!
Seperti onde-onde, baluran wijen di tiap sisi penganan berbentuk bola inilah yang menjadi butiran cerita manusia. Begitu banyak, dan ini salah satunya…
Jumat ini hari berat bagi saya 9 november 2007. Kabar buruk datang dari pesan singkat ponsel saya mengenai kabar terakhir kawan kami. Lima belas hari setelah hilang tak ada kabar, Ode ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Akmal Yude, demikian nama lengkapnya. Intelektual organik dari Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga. Kader Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi, aktivis LPM Arena serta kawan satu perjuangan di Front Perjuangan Pemuda Indonesia.
Banyak cerita indah serta diskusi hangat bersama saya. KOMIK-UPN (Komunitas Mahasiswa Kritis Universitas Pembangunan Nasional) begitu kehilangan benar pada sosok ini. Beberapa kali kami begitu banyak dibantu dalam proses berorganisasi. Pendirian Ranjau News, sebagai organisasi pers pertama di UPN yang berbicara media pembebasan berpikir masyarakat kampus turut juga dibantu banyak oleh kawan satu ini. Kader militan itu kini meninggalkan kita kawan…

Kamis, 20 Desember 2007

Disaat Kita Dihadapkan Oleh Pilihan


Renggo Putro Widyarto*
“Quidquid agis, prudenter agas, et respice finem!”
Apapun yang kau lakukan, lakukanlah dengan bijak dan pertimbangkan hasil akhirnya.

Pilihan kadang menyulitkan kita untuk melangkah. Ibarat soal-soal cek point, seringkali membuat seoarang murid mengerutkan kening berpikir lama bahakan tak jarang berujung pening, dibanding harus mengerjakan soal-soal essay. Begitu banyak pilihan mirip, namun tak jarang menyesatkan mulai dari A, bla…bla..bla.. sampai E bla…bla…bla…. Bila dibanding kita mengerjakan soal essay begitu kita tak bisa mengerjakan, kita sudah mendapat kepastian bahwa nilai kita bakal jeblok. Menjadi sangat banyak kemungkinan-kemungkinan dalam pilihan ganda. Walaupun nantinya yang menjadi kebenaran adalah satu diantaranya.
Demikian juga kita saat mengalami dilematis dalam pilihan hidup. Namun bagi saya memilih lebih baik dari pada dihadapkan pada kondisi tidak ada pilihan. Sulit memang, tetapi disitulah kemudian kita dituntut untuk berpikir jernih, bijaksana serta tidak gegabah membaca suatu keadaan. 

Jumat, 07 Desember 2007

Warung Kopi Code:Sumber Ekonomi Baru Di Tengah Derasnya Budaya ‘Ngopi’


Oleh: Renggo Putro Widyarto*
Bagaimana kita bisa berpikir bahwa ada warung kopi di pinggir jalan tanpa bangunan permanent sementara kita telah terbiasa dengan tempat kopi yang bagus? tetapi pengusaha kecil ini justru lebih jeli melihat situasi, melihat peluang pasar.


Jogja memang tak pernah berhenti melahirkan ide-ide besar dalam memandang apapun. Termasuk peluang. Dengan sekian predikat dari kota budaya, kota perjuangan serta kota pelajar menjadikan kota ini tak pernah berhenti menarik orang untuk berkunjung dan kemudian menetap. Sebagai kota pelajar, praktis banyaknya mahasiswa kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan budaya di dalamnya. Sebagai pendatang yang berasal dari seluruh penjuru tanah air, semakin menambah kekayaan karakter baru dari jogja. Indonesia mini bisa jadi tercermin dari kota tua ini.
Kita tentu telah banyak tahu mengenai karakteristik konsumen Indonesia yang salah satunya adalah suka berkumpul. Budaya ngopi, tak urung menjadi hal yang cocok bagi karakter konsumen kita. Berkumpul, berbagi cerita, melepas penat bersama teman-teman saudara dan handai taulan mau tidak mau selanjutnya dapat dikatakan adalah unsure latar belakang mengapa kemudian warung kopi begitu banyak bermunculan disini. Dahulu orang hanya mengenal ngopi di angkringan, kopi joss tugu, blandongan, atau bahkan di kafe-kafe seperti star bucks, excelso, J.Co. Tapi sekarang, kita hampir tidak mampu menghapal sekian tempat, saking banyaknya. Pergeseran gaya hidup semula bahwa ngopi identik di kafe dan harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit perlahan mulai terkikis dengan munculnya warung-warung kopi alternatif dengan harga bersaing. Hampir seluruh kalangan kini menikmati budaya ini, tidak lagi tersekup di kalangan atas, eksekutif muda dan kalangan bisnis.


Jumat, 27 April 2007

Sebutir Nasi Saja Kita Sudah Boros!

Di sebuah seminar tentang ketahanan pangan, semua orang membuncahkan kata tentang bagaimana kita bisa tidak mengalami apa yang namanya “kelaparan”. Semua begitu berapi-api memberi masukan hingga sebuah solusi yang mengagumkan. Akupun kagummm…..mmm…Mpfh, tapi semua itu rasanya berubah begitu tiba acara makan siang. Makanan yang berlimpah dengan menu beragam kemudian membuat semuanya berpesta! ya berpesta…hendak makan seberapa kenyang bahkan muntah sekalipun dilayani disana. Aku makan, beserta teman2kupun juga. Orang2lain juga sama. makan seperti biasa. Layaknya kondangan, ajimumpung digunakan.Seluruh lauk diambil, nasi dikeduk hingga piring begitu penuhmenyerupai sebukit gunung,dan ujungnya?
ya ga habis…