Sabtu, 07 Juli 2012

John Kecor, Dalang dari KOMIK



Perkenalan tersebut berujung panjang. Awalnya adalah provokasi pembangkangan untuk tidak mengikuti makrab jurusan, Sebuah acara wajib bagi mahasiswa baru sekitar delapan tahun lalu. Kalimatnya penuh hasutan berapi-api, menyerocos panjang lebar bahwa acara tersebut hanya sarat dengan perploncoan dan penuh penindasan bagi mahasiswa baru. 


"Ra penting acara ngono kuwi. isih kon mbayar wolung puluh ewu, ra sudi, larang!" 


ujarnya dengan mulut penuh asap rokok. Tangannya bergerak kesana kemari saat ia bicara, sementara di tangannya terselip rokok kretek yang terbakar separuh. Seperti aku yang juga terbakar separuh dengan kata-katanya. Aku sedikit takut saat ia mendekat kala itu. Perawakannya sangat intimidatif. jambangnya yang berantakan, rambut kriting gondrong sebahu, sementara pakaiannya sangat kumal. Kaos batik Beringharjo yang sobek di bagian ketiaknya.

Tak puas untuk terus ngompor-ngompori, ia lalu mengajakku ke burjo. Melanjutkan agitasi untuk tidak mengikuti makrab.

Minggu, 24 Juni 2012

Selepas Hari Kemarin




Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba...


Kereta yang membawa badanku perlahan menghentikan laju kecepatan. Petang menjemput dengan sapaannya yang khas. Kelelawar mulai berpencar keluar dari sela-sela atap stasiun Tugu. Matahari condong lebih dari 40 derajat ke arah barat. Bayangan tubuh sudah jatuh di timur, setelah enam jam perjalanan panjang dari kotamu. Ada sejumput harap yang kau pantik dalam dadaku. Pada damba akan balasan kedatanganmu ke kotaku di kurun berikutnya. Seperti kau janjikan dalam pesanmu, bahwa kedatanganmu hanya berangsur sebentar setelah aku pulang. Aku pun menunggu  dengan kerinduan yang terus tak pernah putus. 

Selasa, 05 Juni 2012

Irwan Bajang: Buku, dan Penerbitan Indie


MUDA, enerjik, penuh idealisme. Demikian tiga kata untuk menggambarkan lelaki setengah tambun bertahi lalat di pipi kanan ini. Adalah Irwan Bajang Pemimpin Redaksi Indie Book Corner (IBC) yang juga salah satu sastrawan muda, mengawali semua berangkat dari dunia jurnalistik, pergerakan mahasiswa dan komunitas sastra. Lelaki kelahiran Lombok, 25 tahun silam,  memulai perkenalan buku melalui karya-karya Angkatan pujangga baru saat masih di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saat kelas 3 SMA ia memilih jurusan bahasa yang membawanya berkenalan dengan Chairil Anwar, W.S Rendra, dan sastrawan lainnya. Lepas dari jurusan bahasa, ia malah melabuhkan pilihan pada jurusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta demi cita-citanya menjadi diplomat. 
Mengenang masa-masa kuliah, selain aktif di UKM Seni untuk mendalami teater, ia juga aktif terlibat di redaksi Ranjau News, sebuah media independen yang hidup tanpa subsidi dari kampus.

Selasa, 08 Mei 2012

Konsep Kepemimpinan Astabrata



Pikiran jungkir balik. Kebohongan jadi kebenaran. Kepalsuan jadi anutan. Petaka! Petaka! Dunia jadi neraka. Harapan punah, manusia lahir untuk menjadi pendosa; astaga—tapi aku hanya medengarkan…             Negeri  Kabut: Seno Gumira Ajidarma

          Sabda pandhita ratu tan kena wola wali adalah konsep seorang raja yang berpegang teguh pada perkataannya sebagai undang undang negara. Raja tidak boleh sembarangan bersabda dan tidak boleh berubah-ubah. Konsep kepemimpinan di masa lalu sampai sekarang yang tidak pernah boleh berubah adalah bahwa seorang pemimpin tidak boleh berubah di dalam berkomitmen. Pantang tentunya hal tersebut bila dilakukan karena akan membingungkan para pengikutnya. Seorang pemimpin harus konsekuen melaksanakan dan mewujudkan apa yang telah dikatakannya. Masyarakat jawa menyebut pemimpin sejati sebagai orang yang bersifat “berbudi bawa laksana” yaitu teguh berpegang pada janji

Rabu, 18 April 2012

Malari di Warung Kopi

Sudomo Mantan Pangkobkamtib

Mantan orang dekat Suharto,  yang juga pernah menjabat  Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Laksamana TNI (Purn) Sudomo hari Rabu 18/4 sekitar pukul 10.15 WIB meninggal dunia. Pendarahan otak yang dialami oleh orang yang melejit setelah operasi mandala ini, menjadi penyebab meregangnya ajal orang yang tidak mungkin dilupakan oleh para aktivis malari. Pensiunan Angkatan laut ini pulang ke haribaan yang maha kuasa dalam usia ke 86. Media begitu santer mengabarkan berita mengenai orang yang pernah menghabisi preman dengan operasi petrus  ini membuat saya teringat satu tulisan yang pernah saya buat untuk Media Tjorong Post sebuah zine yang pernah saya buat dan beredar di kampus tiap minggu dengan lembar potokopian. Tulisan tersebut saya sajikan di blog ini untuk bisa dibaca kembali. Memang saya tidak mengulas mengenai siap Sudomo sesungguhnya. Tetapi lebih mengulas pada peristiwa Malapetaka lima belas januari atau malari yang merubah arah generasi muda khusunya kalangan aktivis dalam tekanan akademik yang sangat amat membelenggu untuk berbicara mengenai situasi social politik di kemudian hari. Tulisan ini dibuat pada 5 Januari 2010  

Senin, 09 April 2012

Perempuan Kemarin di Sudut Lobi



“Satu kisah terpendam
Mengukir relung hati yang terdalam
Rinduku padanya
Mengendap, ikhlas, pagi, siang, malam”
          Dialog Dini Hari-Senandung Rindu-



Kami tidak sering berjumpa. Hanya selintas bincang, kemudian putus pada jadwal jam kuliah yang cepat menyudahi percakapan. Kawannya adalah salah satu perempuan yang sempat dekat denganku tatkala itu. Aku mengenalnya dari sang teman tersebut. Tidak banyak. Hanya cerita mengenai bahwa ia menggauli buku dengan sangat intim dan punya koleksi yang lumayan. Sesekali cerita yang kudapat adalah keterangan bahwa ia salah satu aktivis gerakan kiri yang direkrut dari kelompok diskusi perempuan. Dandanannya menyiratkan apa yang ia yakini.
Itulah kesimpulan pertamaku mengamati penampilannya pertama kali. Sangat casual. Kemeja flanel kotak-kotak, celana jeans belel gelap dilipat ke atas, sepatu canvas serta potongan cepak dengan poni disisir acak. Pertama kali kalimat yang terlontar saat sebentar kami melumat cakap adalah mengenai sekian aktivitas yang ia geluti. Meluncurlah banyak referensi yang sibuk dikutip dari buku buku yang ia keloni. Sesaat ia menjadi teman diskusi hangat yang kilat.