Selasa, 05 Juni 2012

Irwan Bajang: Buku, dan Penerbitan Indie


MUDA, enerjik, penuh idealisme. Demikian tiga kata untuk menggambarkan lelaki setengah tambun bertahi lalat di pipi kanan ini. Adalah Irwan Bajang Pemimpin Redaksi Indie Book Corner (IBC) yang juga salah satu sastrawan muda, mengawali semua berangkat dari dunia jurnalistik, pergerakan mahasiswa dan komunitas sastra. Lelaki kelahiran Lombok, 25 tahun silam,  memulai perkenalan buku melalui karya-karya Angkatan pujangga baru saat masih di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saat kelas 3 SMA ia memilih jurusan bahasa yang membawanya berkenalan dengan Chairil Anwar, W.S Rendra, dan sastrawan lainnya. Lepas dari jurusan bahasa, ia malah melabuhkan pilihan pada jurusan Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta demi cita-citanya menjadi diplomat. 
Mengenang masa-masa kuliah, selain aktif di UKM Seni untuk mendalami teater, ia juga aktif terlibat di redaksi Ranjau News, sebuah media independen yang hidup tanpa subsidi dari kampus.
Sekaligus bersamaan dengan itu bersama beberapa orang ia membidani lahirnya Gang Pitu; Sebuah komunitas sastra yang lahir pada medio 2006 yang mayoritas di isi oleh mahasiswa FISIP UPNVY. Pergaulannya dengan komunitas sastra serta intensitasnya melihat banyak penulis yang ditolak naskahnya karena tidak sesuai kemauan pasar, sementara tulisannya cukup bagus membuat hatinya tergerak. Mulailah ia membantu kawan-kawan sesama penulis untuk menerbitkan buku. Pengalamannya bekerja menjadi editor di salah satu penerbitan (sembari kuliah) membuatnya semakin matang dalam kerja-kerja penerbitan. Maka pada paruh tahun 2009 bersama Anindra Saraswati, mendirikan Indie Book Corner, penerbitan indie yang memudahkan penulis untuk menerbitkan buku. "Terkadang penerbitan (mayor) itu tidak bersedia menerbitkan buku yang tidak laku dipasar. Padahal kualitas buku tersebut bagus, secara gagasan maupun isi," ungkapnya.
“Selain royalti dan berapa jumlah cetak, transparansi kepada penulis juga kurang jelas. Itulah mengapa Indie Book Corner lahir. Kami ingin penulis bisa membuat buku dengan mudah. Kami bantu untuk prosesnya sampai cetak. Sementara untuk pemasaran, penulis bisa tahu berapa uang yang didapat dari jerih payah menulisnya. Pemasaran secara indie dengan melibatkan penulis tentunya membuat transparan semuanya. Kami mau, penulis juga harus sejahtera. Jangan dikadali terus dong !” Begitu ujarnya berapi-api. "Kami memulainya dengan mimpi. Mimpi bahwa penulis akan mudah dalam menerbitkan karya. Maka dari itu mengapa tagline IBC berbunyi "Tugasmu hanya menulis, serahkan penerbitannya kepada kami'," sambungnya.
Selain sebagai pemimpin redaksi IBC kecintaannya kepada buku dan pergaulannya dengan dunia perbukuan menjadikan dirinya sebagai salah satu penggiat di Indonesia Buku(I:Boekoe) yang digawangi oleh Muhidin M Dahlan. Sajak-sajaknya pun sudah sering dibaca di Radio Buku, sebuah radio streaming yang pertama dan satu-satunya khusus membahas soal buku di Indonesia, penulis dan apa saja yang ada dibalik buku. Dedikasinya untuk dunia kepenulisan juga ia wujudkan dengan membuat sekolah menulis Independent School yang memberi pelatihan menulis secara cuma-cuma di SMA, kampus dan komunitas. Tujuannya adalah agar budaya menulis mulai tumbuh sedini mungkin. Untuk menjumpainya, Irwan Bajang selain di I:Boekoe dapat ditemui di kantor Indie Book Corner; Gg. Ksatria No. 3 Gambiran Baru Umbulharjo Yogyakarta.


Tempat/Tgl/Lahir : Lombok Timur, 22 Februari 1987
Pendidikan     : Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta
website            : www.irwanbajang.com
Bibliografi :
Buku yang ditulis sendiri: | Kumpulan Puisi Sketsa Senja (2006) | Novel Rumah Merah Kita (2008)
Buku yang ditulis bersama penulis lain: | Ibu (2009) | Tralalatrilili (2009) | Ngeteh di Patehan: Kisah Beranda Belakang Keraton Jogjakarta (2011) | Cinta, Rindu dan Hal-Hal yang Tak Pernah Selesai (2011) | Karena Aku tak Lahir dari Batu (2011) | Agonia: Antologi Puisi Jogja-Jember (2012) | Due Likur Penyair Sasak (2012)



1 komentar: