Selasa, 26 Mei 2009

Kalau Saja Kita Tak Sedang Terluka!


Kalau saja kita tak sedang terluka,
tentu saja dengan segera kita mempercayai mereka yang hendak berpentas!…
turut serta segera, lantas bergegas!
Kalau saja kita tak sedang terluka,
Karena mereka yang menjual dengan mudahnya ini bangsa
pasti kita tak perlu menebar keluh, ‘menjlentrehkan’ sekian ketimpangan serta mengajak memberontak seluruh khalayak banyak…
Kalau saja kita tak sedang terluka,
melihat pertiwi menangis terkoyak dalam tragis,
sudah tentu tertawa begitu mudah kita temui,
senyum lebar disetiap bibir banyak kita jumpai…

Jumat, 27 Maret 2009

Nduk Tjah Ajoe…


Nduk, tjah ajoe…
Aku menggilaimu lagi kali ini
Nduk,
Aku tak putus asa walau b’rulang kali kau halau aku pergi
Sambil bilang ketus,

“Njijiki kowe, wong ra tau adus!”

Hahaha. “Yo rapopo Nduk tak trimak-trimakna, masya ati benjut neng ati wis kebacut gluput”

Senin, 09 Maret 2009

Dosen bodoh Layaknya Masuk Keranjang Sampah!



argh, pepatah lama benar adanya. Semakin kita tahu, semakin pahit yang akan dirasakan….
Aku semakin percaya atas ungkapan bahwa kampus tak ubahnya hanya pabrik pencetak pengisi lini pabrik. Kurikulum hanya dibuat berdasar kebutuhan teknis semata. Tidak lebih.
Kejadian beberapa hari kemarinlah yang menyebabkan aku semakin percaya bahwa dosen di kampusku tak lebih dari barang loak yang tak layak.
Jumat, 6 Maret 2009 ruang AS II-3
Kampus-nya Yayasan Loreng
Kelas mulai ramai. Hari ini kuliah minggu ke 5 dalam jadwal akademik. Semua orang rajin masuk. Yups, pasca di tertibkannya presensi dengan mengadopsi penuh anjuran NKK/BKK presensi 75 persen mutlak berhasil memaksa manusia patuh dan taat mengikuti kuliah. Harghhhh…padahal kuliah saja isinya orang-orang pasif menjemukan.
kelompok kelima kala itu yang presentasi. Aku masih ingat betul Materi yang disampaikan adalah mengenai Organisasi Internasional yang terdiri dari lembaga-lembaga keuangan dunia hingga sekian lembaga donor. Seperti biasa yang terjadi di kampusku, presentasi apapun dari sebuah kelompok pasti diawali dengan pertunjukan membosankan dengan mendengarkan celotehan tanpa intonasi, tidak memperhatikan audiens serta membaca hasil makalah mereka mulai dari judul sampai tanda titik berakhir di paragraf terakhir.


Selasa, 17 Februari 2009

Kembalikan Tanah Rakyat Sukolilo, Hentikan Rencana Pendirian Pabrik Semen Gresik


ketidak berpihakan negara terhadap Rakyat jelas terlihat di hampir setiap lini kehidupan kita. Dari segala sektor produksi masyarakat bahkan. Sebut saja Penggusuran yang rutin menggilir kita di media, Demonstrasi Buruh yang Upahnya ditindas imbas dari high cost economy yang musti dikeluarkan oleh pengusaha, sampai kasus perampasan tanah diberbagai wilayah oleh pemilik modal yang dilindungi oleh aparat negara.
22 Januari lalu kasus sengketa tanah juga mengakibatkan 9 petani sukolilo tertangkap. Kasus ini di berbagai media dikabarkan bahwa petani melakukan penghadangan dan bertindak anarkis dengan menyekap 4 mobil dari pihak semen gresik. Tetapi apa yang sesungguhnya terjadi disana ternyata bertolak belakang jauh. Seminggu saya bermalam disana, mendapati fakta yang sesungguhnya bahwa pada tanggal 22 januari 2009 itu, pihak semen gresik melakukan pengukuran tanah dari kas desa yang harapannya akan dijadikan tempat sebagai pendirian pabrik. sebelumnya warga telah menginagtkan bahwa jangan melakukan kegiatan terlebih dahulu karena situasi sedang dalam posisi panas antara pro dan kontra. tetapi lantaranm diingat kan tidak mengindahkan akhirnya warga hanya menunggui di depan mobil yang berhenti tersebut. lama-kelamaan warga yang datang semakin banyak sehingga, mobil terperangkap dan tidak bisa keluar. sesungguhnya tuntutan warga hanyalah ingin agar kepala desa menemui untuk melakukan musyawarah, mengapa menggunakan tanah kas desa tanpa persetujuan warga yang notabene adalah pemilik sesungguhnya. lantaran semakin lama semakin banyak warga yang berdatangan, kemudian polisi didatangkan dengan kekuatan penuh. samapai menjelang magrib, sedikit demi sedikit kemudian warga membubarkan diri untuk melakukan ibadah. saat itulah kejadian itu bermula, entah siapa yang memulai (yang pasti bukan warga), lampu dimatikan denga melempar dan warga jadi tak terkendali. saat itulah dari tempat yang tidak diduga, lemparan demi lemparan yang merupakan provokasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab dimulai, hingga berujung pada penangkapan 9 warga sukolilo yang kesemuanya adalah petani ansich.

Senin, 01 Desember 2008

Resesi Global dan Imbas Ekonomi Indonesia


Oleh: Renggo Darsono
“Sejumlah Negara kini benar-benar bergerak menuju resesi”
Perlambatan ekonomi atau yang kita kenal sebagai slowdown sudah mulai melanda banyak Negara di dunia. Berawal dari Negara adi kuasa Amerika, efek domino menjalar ke seluruh Negara termasuk Negara kita, Indonesia. Apa pemicunya?
Tulisan ini kurang lebih hendak menjelaskan bagaimana resesi AS terjadi yang kemudian merembet menjadi resesi global hingga imbas yang dirasakan di Negara kita. Paparan ini jauh dari sempurna karena hanya berupa gambaran kondisi ekonomi global, nasional hingga local secara garis besar.
Neo liberal termakan ucapannya sendiri. Ketidak-konsistensinya mulai tampak disana-sini. Ideologi yang dicetuskan Hayek dan kawan-kawannya kini menghiba kepada pemerintah untuk memberikan campurtangannya. Tak kurang 700 M USD digelontorkan pemerintah AS untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang hampir kolaps melalui aksi bailout . Itupun masih belum mampu menjadi obat mujarab agar lekas sembuh. Beberapa ahli bahkan menyatakan krisis ini akan berlangsung antara 7-9 bulan ke depan.
Mengapa resesi bisa terjadi?
Setelah 1930, ini adalah resesi terparah yang berdampak cukup luas. Sungguh sangat berbeda dengan krisis ekonomi 1997. Krisis yang sempat melanda negri kita satu dekade lalu.
Resesi AS terjadi dipicu dari penumpukan hutang nasional hingga 8,98 Trilyun USD sedang PDB-nya hanya 13 Trilyun saja. Program pengurangan pajak koorporasi sebesar 1,35 Trilyun yang secara otomatis mengurangi pendapatan Negara. Disamping pembengkakan biaya perang dari Afganistan sampai Iraq setelah sebelumnya membiayai perang Korea dan perang Vietnam yang sangat luar biasa. CTFC atau Commodity Trading Futures Commision yakni sebuah lembaga pengawas keuangan yang tidak mengawasi ICE (inter continental exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangkajuga turut dituding sebagai penyebab krisis. Lembaga ini pula yang turut mendongkrak harga minyak dunia hingga mencapai 100 USD/Barrel. Factor selanjutnya adalah Subprime Mortage: kerugian surat berharga yang membangkrutkan Merryl Lynch, Goldman sachs, northen rock, UBS, Mithsubishi UFC. Serta yang terkahir adalah keputusan suku bunga murah yang kemudian mendorong spekulasi.

Senin, 08 September 2008

Ekstra Parlementer, Masih Menjadi Jalur Perjuangan Kita.



Saya tidak mengerti apa yang menjadi jalan pikiran dari aktivis ’98…saya juga tidak mengerti apakah memang frustasi pada pergerakan memang menggejala akut disemua kalangan….atau memang profesi baru menjadi anggota legislatif lebih menjanjikan dibandingkan yang lain….semisal membangun kesadaran massa kita yang masih terlelap?Pikiran saya memerawang ke belakang. Ke jauh semasa saya masih duduk di sekolah dasar. Di bangku di mana suharto dikenalkan sebagai bapak bangsa. Sedang Golkar sebagai partai semuanya, sehingga mengapa kuningisasi wajib di setiap Agustusan. Dulu saya dengar dari guru saya kalau para aktivis mahasiswa(kala itu sedang marak di berbagai media) yang di kemudian hari saya ketahui adalah aktivis ’98, adalah orang-orang subversif berhaluan komunis yang mau merongrong Negara kesatuan republik Indonesia.
Di bangku kuliahlah saya mampu mencerna semuanya. Mengapa ‘98 gagal. Mengapa gerakan semakin terpolarisasi menjadi bagian-bagian kecil dan mudah dikonflikkan, hingga sayapun mengerti mengapa banyak yang jadi kelompok opportunis kanan maupun kiri yang tidak jelas, sampai mengapa frustasi atas situasi kaum gerakan(baca: aktivis) semakin menguat saja.
Saya membacanya dalam beberapa bagian. Yang pertama adalah tidak lagi percaya bahwa perubahan tak dapat berangkat dari jalanan, yang kedua realistis bahwa kekuatan oligarki harus ditunggangi walaupun nanti bakal dikentuti, serta yang terakhir adalah cari sesuap nasi untuk anak istri.