Senin, 09 Maret 2009

Dosen bodoh Layaknya Masuk Keranjang Sampah!



argh, pepatah lama benar adanya. Semakin kita tahu, semakin pahit yang akan dirasakan….
Aku semakin percaya atas ungkapan bahwa kampus tak ubahnya hanya pabrik pencetak pengisi lini pabrik. Kurikulum hanya dibuat berdasar kebutuhan teknis semata. Tidak lebih.
Kejadian beberapa hari kemarinlah yang menyebabkan aku semakin percaya bahwa dosen di kampusku tak lebih dari barang loak yang tak layak.
Jumat, 6 Maret 2009 ruang AS II-3
Kampus-nya Yayasan Loreng
Kelas mulai ramai. Hari ini kuliah minggu ke 5 dalam jadwal akademik. Semua orang rajin masuk. Yups, pasca di tertibkannya presensi dengan mengadopsi penuh anjuran NKK/BKK presensi 75 persen mutlak berhasil memaksa manusia patuh dan taat mengikuti kuliah. Harghhhh…padahal kuliah saja isinya orang-orang pasif menjemukan.
kelompok kelima kala itu yang presentasi. Aku masih ingat betul Materi yang disampaikan adalah mengenai Organisasi Internasional yang terdiri dari lembaga-lembaga keuangan dunia hingga sekian lembaga donor. Seperti biasa yang terjadi di kampusku, presentasi apapun dari sebuah kelompok pasti diawali dengan pertunjukan membosankan dengan mendengarkan celotehan tanpa intonasi, tidak memperhatikan audiens serta membaca hasil makalah mereka mulai dari judul sampai tanda titik berakhir di paragraf terakhir.


TIDAK MENARIK sama sekali. Itu saja komentarku. membaca dan terus membaca tanpa mempedulikan audiens yang sibuk masing-masing. mulai dari bermain hape, bercerita panjang lebar denga teman disampingnya, melamun nyalang ke luar jendela melihat lalu lalang orang-orang, sampai sibuk mengulak-ulik buku.
tak diperhatikan sama sekali. tak peduli, serta tidak ambil pusing atas sekitarnya….
20 menit berlalu untuk waktu yang dibutuhkan membacakan materi makalah mereka yang sesungguhnya hanya menyalin mentah-mentah 1 buku yang menjadi pegangan satu-satunya sang dosen.
lalu, disusulah sesi tanya jawab. lagi-lagi yang akan kau temui(bila kau ikut kelasku…) adalah pertanyaaan-pertanyaan dengan jawaban di buku tersebut yang oelh sang penanya pasti diawali dengan menyebutnkan nomor mahasiswa(parade penjilat untuk mengharap nilainya jadi baik)
grhhhhhhhhhhhhhhrgggr….
Lalu kusambar seketika untuk bertanya. Kulemparkan pertanyaan mengenai suatu hal yang kuketahui mengenai bobroknya lembaga-lembaga keuangan dunia. tentunya dengan sekain referensi yang dapat dipercaya disertai beberapa judul buku yang sempat kukutip di buku kecilku.
lantas apa jawaban mereka sang penyaji. Mereka sibuk mengulak-alik buku terbitan salemba yang berangka tahun 2004 (kalau saya ga salah). Padahal saya yakin di buku yang di ulak-ulik itu tak ada satupu jawaban mengenai studi kasus tersebut. Karena apa yang saya tanyakan adalah kontekstual, kekinian dan berdasar kasus yang terjadi.
lama mereka bersilat lidah, mengelak menjawab pertanyaan saya yang menurutku, mereka sendiri sebenarnya tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi.(maklum, rata-rata mahasiswa kami adalah anak-anak pencinta tabloid gosip, olahraga, infotainment pengumbar fitnah, dan pencinta NGGAUL…) kira-kira 20 menit mereka tak sanggup menjawab, sementara sang dosen sibuk membuka-buka buku bisnis internasional terbitan salemba (mata kuliah kami adalah bisnis internasional) mulai dari halaman ke halaman (ne dosen ga pernah baca, jarang baca atau malah sebenarnya malas mendengarkan).
Lalu ia menengahi sambil memegang bukunya. dia berucap sama saya,
“Mas, Buku yang dibaca dan dijadikan acuan itu ya buku ini aja jangan yang lain….”
Gubrak……
!@@#$%^^&^%&*^*(^*)())*(^&^%$_+
Aku langsung terdiam. Sungguh aku lalu tercekat perlahan terdiam dan dongkol. Dalam hati aku berkata “Kalau hanya buku itu yang terbitannya udah kadaluarsa, ansich itu saja bukunya, apa bedanya dengan bedah buku?”
“bukankah kita sedang berdiskusi mengenai materi Organisasi Internasional? “
Lalu aku nyeletuk, ” Wah kalau saya kontekstual kok, Gak Tekstual….”
Dosen itu terdiam seribu bahasa. Dari pertanyaanku yang ternyata tak terjawab akhirnya aku tahu bahwa Dosen Tak layak memang pantas masuk keranjang sampah!
Bayangkan…kita berdinamika di ruang ilmiah sesungguhnya adalah hendak menyatukan sekian referensi yang mujarab agar kita bisa menarik benang merah, mengambil kesimpulan juga menelanjangi sekian referensi yang harapannuya bisa dikerucutkan menjadi ilmu yang eklektik. tapi apa yang didapati di kampus loreng?
hahahahahahhaah….mari kita tertawa link

1 komentar:

  1. Mantap mas bro,.,. sayangnya nilai kita dibuat ancur same dosen dengan mental begini neh

    BalasHapus