Rabu, 15 Juli 2009

6 Tahun Lalu di Tiap Pukul 03:30



Emak masi mengelap dandang jam segini. Sesekali menyeka keringat yg bercucuran tiada henti. Aku menata keranjang dagangan kueh untuk diputar di semua pasar seantero Jogja. Saudara perempuanku telah terlelap. Kelelahan mengaduk adonan, menuang dalam cetakan, sekaligus mengukusnya. Jauh sebelum subuh, kakak pertama telah memanasi motor. Honda astrea star rakitan tahun 94. Bersiap mengantar ibu menembus dingin pagi yg merasuk sampai sumsum tulang.” Itu paragraf pembuka catatan harianku 6 tahun lalu.
15 Juli 2009 jam 2:56
gb di culik di

Selasa, 07 Juli 2009

Tiga Badut Bergelut Mencari Sorak Sorai…


dicuplik dari sini
Pentas itu hanya menampilkan satu pertunjukan sama,
Merebut tepuk tangan terbanyak untuk satu juara
Pentas itu hanya menampilkan tiga badut saja
masih si senior,
masih juga dengan tambahan telor,
Biar dikata spesial masing-masing darinya
(hmmm,,,mirip mie instant saja kalau spesial pasti pakai telor.)

Si badut berakrobatik, menyulap benda, juga membagi permen tiada henti-sesekali ia bagi coklat untuk mereka yang rela menjilat pantat saking histeriagembira memujanya
Pentas itu hanya menampilkan tiga badut saja,
Keriput telah memagut,
uban bertebaran namun masih memaksakan

Senin, 22 Juni 2009

Kapok



Sumpah aku tak akan memilihmu.
Sedikitpun aku tak lagi tertarik padamu,
Walaupun lipstikmu menyala merah,
Biar bedakmu tebal kau sajikan
Biar rayuanmu manis,
biar janjimu selangit tinggi..
Aku tak sudi!
Tak ingatkah ketika semua kau jual, hingga tak ada sisa?
Lupakah manakala Problem-problem kerakyatan tak tertuntaskan tetapi dianggap sebagai keberhasilan pemerintahan?
Atau Kong kalikong pengusaha dengan penguasa yang berujung pada penindasan massa rakyat
Dibebani hutang besar,
dari setiap kepala manusia. semuanya tanpa terkecuali. Yang baru lahir juga sama!
Masih mau percaya sama ketiganya?
hahahahahahahahaha…amnes
ia sejarah berarti kita. Kalau saya memilih untuk tidak memilih.
22 Juni 2009 jam 15:42

Selasa, 16 Juni 2009

7 tahun Bersama Si Bilu, Si Semok Montok nan Ayu



Entah kapan tepat pastinya, tapi bila kuhitung di jangkauan ingatan, tujuh tahun sudah aku menunggangimu. Memacumu dikala gairahku menyala-nyala seolah tak bisa diredam oleh yang lain. Tak jarang hasrat itu menggebu-gebu hari ini, kala melihat yang serupa denganmu berhamburan di jalan. Mulai dari jalanan seturan, depan LPP, hingga memajang di sudut beteng van de burg depan gedung agung. Aku hanya menelan ludah. Sedih, lantas air mataku berlinang mengingatmu. Sungguh, aku benar-benar kehilanganmu bilu. Kuat cengkamanmu kala aku mendudukimu, pegas goyanganmu begitu dahsyat untuk kulupa.

Sibilu-sungguh aku merindukanmu-
Kapan lagi aku bisa menunggangimu, memacumu kala malam minggu?
Hmm, doakan saja masmu bisa menebusmu dari depan halaman kos dimas, menuntunmu ke bengkel lantas memolesmu habis-habisan.
-untuk Sibilu selamat ultah yg ke 45 y!Maaf aku mengabaikanmu setelah bensin mahal-oli samping tak terkendali harganya-
16 Juni 2009 jam 7:25 di cuplik di

Selasa, 09 Juni 2009

Kelakuanmu di Toko Buku?



Apa yang kau lakukan di toko buku? Memborong buku, sekedar melihat-lihat, mencuri baca satu judul sampai habis, mencatat dengan secarik kertas, atau dalam ponselmu barangkali?
Kawanku pernah melakukan semua hal itu. Bahkan yang terakhir rupanya menghasilkan malu yang amat sangat. Hehe, oleh sebab itu belajar dari pengalaman kawanku, aku berwasiat padamu; jangan kau lakukan hal itu!
Berikut petikan pesan singkatnya padaku (lebih mirip curhat memang, bila dibanding sms biasanya. Hmm, mungkin dia nyaman cerita panjang lebar via sms daripada bertelepon ria… ):
Aku dimaki satpam sore tadi.
Disebuah toko buku ketika aku menyitir beberapa kalimat penting pada sebuah paragraf.
Hanya lima kalimat, tak lebih dari tiga puluh huruf saja tertulis pada ponselku.
Ah, seketika hasratku membaca mati tiba-tiba. Beberapa mata memandang. Sorot menghakimi seolah aku maling ayam tertangkap tangan di tengah-tengah keramaian. Untung hanya mencuri baca. Menukil pengetahuan tanpa bayar karena memang sedang tak ada alat tukar. Aku bersicepat pergi. Tak tahan menanggap malu yang amat sangat.
Toko buku memang bukan pilihan. Karena ia menjualnya, bukan untuk dibaca cuma-cuma.
Langsung tak berapa lama kubalas sms nya:
Kowe ki sms po gawe crita pendek je?
kamu itu SMS atau bikin cerpen?
Sampai tulisan ini diturunkan, dia tidak membalas sms ku. Mungkin dia kesal, atau tak hendak membalas, tak punya pulsa, atau bisa saja ponselnya sudah tak ada. Entah hilang dicuri, atau jatuh di jalan. Aku tidak tahu.

Rabu, 03 Juni 2009

Ingatan Rendah, Kapan Kita Melangkah?


Mengapa kita selalu tertinggal jauh di belakang?
Apakah lantaran kita terlalu mengurus hal-hal remeh temeh yang tidak substansial?
Semakin hari kita semakin disibukkan oleh sesuatu yang tidak penting. Harus diakui bahwa ativitas tidak bermutu semakin lama menyambangi hari-hari kita tanpa henti. Tengok saja mulai kita bangun tidur. Apa yang akan kita lakukan pertama kali. Banyak diantara kita pasti segera mengecek ponsel memastikan apakah ada pesan singkat yang mampir, atau sekedar melihat apakah ada panggilan tidak terjawab. Kita selalu berpikir barangkali penting, barangkali mendesak. Selalu….diantara kita melaluinya.
Berseluncur di dunia maya pun demikian adanya. Dahulu mungkin kala biaya berinteraksi lewat dunia maya terasa memberatkan kantong kita, hanya sebatas mencari informasi yang kita perlukan. Membuka Tuhan Digital alias Google membaca surat elektronik dengan memilah dan memilih yang penting kemudian segera berlalu ke kasir warnet untuk membayar jasa operasi. Sekarang dengan murahnya akses internet yang ditawarkan sekian provider bersama kemajuan teknologi yang langsung terintregasi melalui ponsel kita, kita begitu betah berlama-lama menanggapi hal tidak bermutu. Mulai dari Update status ala facebook, beruntai gosip di YM, sampai memasang poto-poto “narsis” kita secara rutin. Tak lupa juga berbalas komentar kesana-kemari kepada teman, handai taulan serta kerabat juga teman dekat.
Betapa tidak produktifnya pekerjaan kita saat ini. Hanya membuka halaman olahraga di surat kabar harian, menekuni berita hiburan, serta sedikit melirik berita kriminal. Mengacuhkan tulisan-tulisan yang sarat akan muatan ilmu pengetahuan.
Praktis walaupun dikatakan sebagian besar dari kita melek teknologi dengan salah satu parameternya adalah dapat mengoperasikan internet tetapi ketika harus berbicara lebih mendalam mengenai sesuatu hal terkait keadaan kondisi terkini situasi negri ini, hanya ditataran permukaan saja mereka tahu. Itupun mudah lupa kabur bersama isu hari berikutnya yang menggempur kuat ingatan kemarin sore.
Ada satu pepatah mangatakan bahwa bila ingin mempunyai ingatan kuat, maka cobalah untuk menulis. Karena menulis tak ubahnya dengan membaca dua kali. Seperti juga kalimat bijak bahwa yang terucap akan kabur bersama angin, yang tertulis akan mengabadi. dan menulis adalah bekerja untuk keabadian.