Rabu, 03 Juni 2009

Ingatan Rendah, Kapan Kita Melangkah?


Mengapa kita selalu tertinggal jauh di belakang?
Apakah lantaran kita terlalu mengurus hal-hal remeh temeh yang tidak substansial?
Semakin hari kita semakin disibukkan oleh sesuatu yang tidak penting. Harus diakui bahwa ativitas tidak bermutu semakin lama menyambangi hari-hari kita tanpa henti. Tengok saja mulai kita bangun tidur. Apa yang akan kita lakukan pertama kali. Banyak diantara kita pasti segera mengecek ponsel memastikan apakah ada pesan singkat yang mampir, atau sekedar melihat apakah ada panggilan tidak terjawab. Kita selalu berpikir barangkali penting, barangkali mendesak. Selalu….diantara kita melaluinya.
Berseluncur di dunia maya pun demikian adanya. Dahulu mungkin kala biaya berinteraksi lewat dunia maya terasa memberatkan kantong kita, hanya sebatas mencari informasi yang kita perlukan. Membuka Tuhan Digital alias Google membaca surat elektronik dengan memilah dan memilih yang penting kemudian segera berlalu ke kasir warnet untuk membayar jasa operasi. Sekarang dengan murahnya akses internet yang ditawarkan sekian provider bersama kemajuan teknologi yang langsung terintregasi melalui ponsel kita, kita begitu betah berlama-lama menanggapi hal tidak bermutu. Mulai dari Update status ala facebook, beruntai gosip di YM, sampai memasang poto-poto “narsis” kita secara rutin. Tak lupa juga berbalas komentar kesana-kemari kepada teman, handai taulan serta kerabat juga teman dekat.
Betapa tidak produktifnya pekerjaan kita saat ini. Hanya membuka halaman olahraga di surat kabar harian, menekuni berita hiburan, serta sedikit melirik berita kriminal. Mengacuhkan tulisan-tulisan yang sarat akan muatan ilmu pengetahuan.
Praktis walaupun dikatakan sebagian besar dari kita melek teknologi dengan salah satu parameternya adalah dapat mengoperasikan internet tetapi ketika harus berbicara lebih mendalam mengenai sesuatu hal terkait keadaan kondisi terkini situasi negri ini, hanya ditataran permukaan saja mereka tahu. Itupun mudah lupa kabur bersama isu hari berikutnya yang menggempur kuat ingatan kemarin sore.
Ada satu pepatah mangatakan bahwa bila ingin mempunyai ingatan kuat, maka cobalah untuk menulis. Karena menulis tak ubahnya dengan membaca dua kali. Seperti juga kalimat bijak bahwa yang terucap akan kabur bersama angin, yang tertulis akan mengabadi. dan menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Jika kita hendak mencontoh seseorang untuk dijadikan tauladan dalam menulis, memiliki ingatan panjang adalah Almarhum Pramoedya Ananta Toer. Kebiasaannya, keseharian di setiap kesempatan luang selalu disempatkannya untuk mengkliping segala informasi dari media cetak. Bahkan obsesinya sempat berharap hendak membuat ensiklopedi mengenai Indonesia. Awal Proyek tersebut ia lakukan awal 80-an namun belum terealisasi karena terlanjur diburu kematian yang hinggap beberapa tahun lalu.
Widiarsa, Editor Jurnal Nagara Weekly Jakarta di harian Seputar Indonesia No. 392/Tahun Ke-2, Minggu, 30 Juli 2006, halaman 7 sempat mengatakan bahwa kita adalah bangsa yang tak pandai merawat masa silam, pendek ingatannya, dan bertradisi kliping rendah. Padahal mengkliping adalah salah satu jalan yang paling mungkin ditempuh untuk mendidik masyarakat agar terus-menerus memperpanjang ingatan dan dengan demikian berarti juga mengikat bangsa ini ke dalam sebuah kontinum yang tak terputus antara “yang silam” (past), “yang sekarang” (present), dan “yang menjelang” (future).
Jadi, mari kita memulai untuk mengkliping segenap informasi, agar anggapan itu segera pupus…..
Semangat!

0 komentar:

Posting Komentar