Jumat, 27 April 2007

Sebutir Nasi Saja Kita Sudah Boros!

Di sebuah seminar tentang ketahanan pangan, semua orang membuncahkan kata tentang bagaimana kita bisa tidak mengalami apa yang namanya “kelaparan”. Semua begitu berapi-api memberi masukan hingga sebuah solusi yang mengagumkan. Akupun kagummm…..mmm…Mpfh, tapi semua itu rasanya berubah begitu tiba acara makan siang. Makanan yang berlimpah dengan menu beragam kemudian membuat semuanya berpesta! ya berpesta…hendak makan seberapa kenyang bahkan muntah sekalipun dilayani disana. Aku makan, beserta teman2kupun juga. Orang2lain juga sama. makan seperti biasa. Layaknya kondangan, ajimumpung digunakan.Seluruh lauk diambil, nasi dikeduk hingga piring begitu penuhmenyerupai sebukit gunung,dan ujungnya?
ya ga habis…

Kamis, 26 April 2007

Sambate Wong Cilik


Bapak cupet mikirake utang,

Sedina narik ra cukup dinggo ancik-ancik,

Simbok bola-bali tombok merga dagangan diabuk preman seragam,

Simbok sambat bapak,

Bapak ora isa selak,


“Pira ta olehe sedina narik becak?”

Pitakon bapak nalika simbok nggresula kanda


“Sawiyah sasi iki mlebu sekolah,

Si yono munggah kelas lima,

Kudu utang sapa meneh mbok?”



Bapak cupet mikirake utang,

Mangka aku isih pengangguran


Gaweyan san saya angel,

Padal aku ya kudu nguntal…

Rabu, 25 April 2007

Cerita Biasa di Setiap Hari;

Aku ngilu,
‘tika di ujung jalan raya mbok bakul terpukul satpol PP yang menyerbu
Aku miris,
Melihatnya menghiba-hiba minta dikembalikan barang dagangan sambil menangis
Aku turut melas,
Saat gerobak sumber hidup diangkut keatas truk dengan beringas
Aku berkaca-kaca,
Begitu kakek tua terluka lantaran mempertahankan rombongnya
Kamu berpihak kemana,
Kamu menginjak siapa,
Apakah salah?
Menyalakan perekonomian ketika penguasa tak sanggup
Memberi kerja untuk hidup
Salah ya?
Saat rakyat mencoba kuat ditengah situasi ekonomi melarat,
Harusnya kita berbangga,

Selasa, 24 April 2007

Melihat Pendidikan Alternatif melalui Totto-Chan


        Pendidikan selalu diidentikkan dengan sekolah formal. Dimana seragam, kurikulum, juga sekian ketentuan lain mengatur didalamnya. Pasca revolusi industri, sekolah telah banyak berubah. Hanya menjadi pabrik pencetak intelektual dan sarjana penggerak mesin semata. Visi dan misi kemanusiaan yang sebelumnya ada di dalam sekolah mulai hilang seiring dengan perkembangan industrialisasi yang pesat berkembang.
          Menguapnya pendidikan di sekolah dapat kita lihat dari aspek peserta didik yang hanya dianggap sebagai seorang yang kosong yang kemudian dicetak menjadi apa yang dikehendaki. Tentunya sesuai dengan pesanan dan kebutuhan pasar
            Membaca Totto-Chan, seakan kita kemudian ingin menyekolahkan anak kita kelak di tomoe gakuen. Sekolah gerbong yang membebaskan ank didiknya untuk berkreativitas seluas-luasnya tanpa dihalang-halangi ataupun dilarang-larang
          Adalah totto-chan yang menjadi tokoh sentral didalam buku ini. Ia adalah seorang gadis kecil dengan rasa ingin tahu yang besar pada semua hal. Tetapi sayangnya, Sekolah yang pernah ia masuki guru pengajarnya selalu kewalahan menghadapi ulahnya dan kemudian mengeluarkannya dari sekolah. Totto gemar melakukan hal-hal diluar kelaziman anak-anak seusianya. Seperti misalnya ia senang sekali berdiri di depan jendela untuk menunggu pemusik jalanan lewat dan lalu membawanya masuk ke kelas untuk memainkan beberapa lagu. Praktis, pelajaran pun menjadi terhenti akibat ulahnya. Juga rasa kagum yang ia luapkan begitu mendapati sesuatu yang unik. 
Pages (15)« Previous 9101112131415