Kawan saya punya kawan yang hobinya curhat di facebook. Sebuah situs jejaring pertemanan di dunia maya.
Menurut penuturannya, kawannya itu seperti orang yang tidak layak untuk hidup. Karena menurutnya hampir semua keluhan ia tumpahkan begitu ia mengalami berbagai macam kegagalan mendekati perempuan. Saking penasarannya saya pada cerita kawan saya itu, iseng akhirnya saya add dia untuk menjadi teman saya. Tidak berapa lama kemudian saya diterima menjadi bagian dari temannya di jejaring sosial itu.
Menurut penuturannya, kawannya itu seperti orang yang tidak layak untuk hidup. Karena menurutnya hampir semua keluhan ia tumpahkan begitu ia mengalami berbagai macam kegagalan mendekati perempuan. Saking penasarannya saya pada cerita kawan saya itu, iseng akhirnya saya add dia untuk menjadi teman saya. Tidak berapa lama kemudian saya diterima menjadi bagian dari temannya di jejaring sosial itu.
Rupanya benar apa yang dikatakan teman saya, hampir setiap saat ia mencurhatkan patah pucuk juga kekandasan hatinya. berkali-kali, berkali kali dan berkali-kali. Hingga pikir saya jangan-jangan orang ini hanya minta dikasihani saja di dunia maya. Toh juga kan kebohongan yang dimunculkan di dunia maya tidak ada yang mengetahui secara pasti kan? lagian bukankah ketika seseorang sudah berfesbuk ria maka kehidupan pribadinya sudah siap untuk diakses publik juga to?
Hingga pada suatu hari saya dapati status fesbuknya berbunyi:
"tak apa jadi keledai asal bisa mengarungi luasnya kehidupan, panjangnya perjalanan".
hmmm, ini sudah semakin aneh dan mengkhawatirkan. Rupa-rupanya respon yang diberikan oleh teman-temannya se penjuru fesbuk membuat saya mengernyitkan dahi...karena rata-rata semua memberikan jempol. alias menyukainya. We ladalah ada orang keblinger kok malah pada seneng. Ini jaman sudah kebalik atau bagaimana to?
Lalu saya respon dengan memberikan komentar:
"Mas mbok ya jangan jadi keledai, karena sepertinya itu perumpamaan yang buruk lho? bukankah untuk sesuatu yang lambat, dungu, dan tolol itu selalu setara dengan keledai?"
"Lah anda suka apa kalau jadi banyolan orang-orang?"
Tidak ada balasan komentar malah tidak berapa lama saya kemudian diputus pertemanannya dalam dunia fesbuk.
Dulu awal kemunculan fesbuk saya menyangka bahwa jejaring sosial ini akan menjadikan yang jauh menjadi dekat, yang dekat semakin rapat dan akrab. Tetapi yang terjadi justru tidak demikian. Kemunculan fesbuk hanya pintu masuk kemunculan-kemunculan berbagai media komunikasi pertemanan lebih intens seperti twitter, BlackBerry Messenger alias BBM yang semakin hari semakin jamak diakses khalayak. Dugaan saya naga-naganya keliru, karena begitu saya saksikan di sana-sini orang-orang dengan kesibukan baru merawat berbagai perangkat tersebut malah tak hirau pada keadaan sekelilingnya. Malah sibuk berkomunikasi dengan mereka yang nun jauh di sana.
Saya sendiri merasa malas dan benci dengan golongan seperti mereka. Ketika kita ngopi bareng, eh malah sibuk ngurusin lawannya yang entah di dunia antah berantah.
Balik lagi ke cerita orang yang ingin jadi keledai tadi. Hasil pengamatan saya rupanya hal itu juga dilakukan teman-teman saya lainnya. Gejala mengeluh akut mulai nampak di teman-teman yang lainnya. Aduh siapa yang lebay justru malah laku ya?
Saya kemudian mencari informasi terkait beberapa pendapat dampak situs jejaring sosial bagi masyarakat akhir-akhir ini. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa hubungan dunia maya dapat juga disebut sebagai "hubungan semu sesaat". Karena mengabaikan bentuk pertemuan langsung, sehingga interaksi yang dilakukan hanya sebatas di layar monitor, ataupun layar ponsel.
Pendapat lain justru sangat ekstrim. Pendapat tersebut memadahkan bahwa mereka yang melulu berjejaring via media Internet dan mobile-device dipandang merupakan komunitas "dehumanisasi".
Menariknya lagi, sebuah penelitian mengenai dampak jejaring sosial dunia maya melansir bahwa hubungan sosial sudah diperlemah dengan menurunnya pertemuan face-to-face dan meningkatnya percakapan dengan telepon dan pesan singkat.
Selain itu penelitian tersebut juga memberi penjelasan bahwa situs-situs itu memberi kontribusi kepada tren dari anak-anak muda yang mementingkan "kuantitas atau jumlah teman" daripada kualitas pertemanan.
Jadi, masihkah kita mengabaikan teman yang ada di hadapan kita?
setuju... dh buat statement terakhirnya..
BalasHapusnumpang kasih info iah??
graphic design competition
cekidot http://lpmsketsaunsoed.blogspot.com/2011/02/graphic-design-competitions-terms.html
moga berkenan utk di-share ke yg lain...
yah, saya sudah kenyang "adu-bacot" Kakanda Nggo. ituwh ngapa jadi Putri Sableng (_ _")
BalasHapusahahay, ahik ahik ahik sib sib sib :D
LPM Sketsa: salam hangat broo..
BalasHapusputri: trus piye put?