Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Desember 2010

Empat Umpat

ada dingin yang merasuk
merambat pelan menusuk sumsum,
ada malam yang berlalu pergi
menjelma menjadi catatan-catatan,

ada renjana di dadanya,
ada rindu menggarit kalbu,
ada cerita mengulas makna,

ada kabar merenda tanya,
ada aku membubuh sepi,
ada kamu lampias sunyi..
dan maki mengumpat pada jumat ini...

 29 Oktober 2010

Minggu, 03 Oktober 2010

Ssst,,





Ada kabar tersiar dini hari tadi,
lewat RRI bahwa negara telah dikuasai,

sstt,,,

Ada kabar beredar tadi di warung kopi,
diam diam ada yang membantai ‘mereka’
yang disebut PKI,

Hussh!!!

Jangan bilang-bilang kalau lagu genjer-genjer jadi top request malam ini di salah satu stasiun radio,

0h..INGATAN!,,,

semoga kau tak layu dijejali kabar palsu


Djokja, 1 Oktober 2010

Kamis, 26 Agustus 2010

Hujan berhentilah!




Hujan berhentilah!
Aku hendak bertolak merangsek malam yang brengsek!
Hujan jangan terlalu marah..
Sebab bila kau marah, luapanmu menyiksa kami saban hari
Memaksa bersiaga hingga pagi tiba
Memaksa menggulung celana, selamatkan perabot rumah tangga.
Hujan berhentilah!
Aku hendak pergi sebentar memindah uang dari saku-saku mereka,
Menahan dengus abab dan goncangan yang tak lama
Untuk malam ini kumohon hujan berhentilah!
Anakku butuh susu, dan periukku butuh berjibaku

Rabu, 25 Agustus 2010

Kampus-Kampus Kami Berubah Menjadi Kuburan




Kampus-Kampus Kami Berubah Menjadi Kuburan
Kebijakan merubahnya menjadi tempat lengang dan menyeramkan
Tanpa aktivitas berarti dan hanya menghiasi ikan kemandulan demi kemandulan.
Yah kampus kami lebih mirip akuarium…

Kampus kami berubah menjadi barang mewah bagi sebagian besar rakyat kami,
Bangunannya yang megah, sarana prasarananya yang wah-wah-wah,
Tetapi penghuni terbesarnya lebih mirip arwah.
Muncul pada jam-jam tertentu,
Lantas menghilang begitu saja.
Tak ada gegap gempita diskusi panas,
Tak ada resah gelisah yang tumpah atas situasi.
Kampus kami mirip kuburan china.
Besar, lebar, mentereng bangunannya,
Tapi hanya wangi sesekali taburan bunga dan dupa jika ada kunjungan menteri atau pejabat tinggi
Kampus kami bahkan lebih sunyi dibanding tempat tersepi kota ini

Kamis, 25 Maret 2010

Guling


Kuhisap tembakau dalam-dalam saat sepi mengendap diam-diam
Mata mengerjap menyulam kantuk badan menggumam tiada tahan
Masih separuh yang harus kukerjakan!
Dua gelas kopi telah tandas, tak cukup mampu melawan mata ini mengatup
Aku kalah lagi,,,
dan memilih mencumbu pulas 
yang dari tadi mengulum senyum mesra di atas kasur

Senin, 22 Februari 2010

Berterik Keringat, Bersimbah Sengat


Tetes peluh keringat orang tua yang sebesar biji-biji jagung 
Berterik Keringat, Bersimbah Sengat saban hari.
Terbakar matari, terguyur hujan
diperas terus habis dikutip kampus untuk pendidikan bobrok.
Dosen tekstual yang berpihak pada sistem busuk
Tiap semester dipaksa bayar banyak untuk sesuatu yang semangkin lama semangkin ga jelas
Bapaknya yang petani, ibunya yang buruh,
bapaknya yang PKL, ibunya yang menambah uang belanja menjadi kuli gendong

Jumat, 01 Januari 2010

Kopiku Pahit Sekali Malam Ini


Tak seperti biasa,
Aku mencecap kopi pahit sekali malam ini.
Di hampir hingar bingar letusan kembang api, tiupan berisik terompet dan senyum terkembang dari mereka yang merasa akan bisa melampaui segalanya dengan suka cita…

SMS bertubi-tubi mampir,
Bilang: “Waktunya refleksi panjang kawan! sebelum letusan sosdor menghias langit”
aku tak merasa legit di cecap kedua
pada kopi kental racikannya.
Padal biasanya tak demikian
Sepi menghardik untukku larut bergelut bersama riang yang garang
ada yang membuatku berpikir begitu dalam malam ini
karena selepas hitungan mundur diteriakkan banyak orang menuju jam dua belas berdentang,
genderang perang pasar bebas AFTA dimulai

Senin, 28 Desember 2009

Aku tak Pernah tahu sampai…





aku tak pernah tahu sampai engkau mengabarkan padaku yang sesungguhnya.
aku tak pernah mendengar sampai kau mengorek telingaku yang tersumpal penuh kotoran
aku selalu buta, hingga kau membentang penglihatanku amat lebar..
kau paksa aku tahu yang SEBENAR-BENARNYA!
tentang busuk para politisi
hebatnya para pencuri,
tentang perselingkuhan politisi dan pencuri…
tentang negara di lapak obral,
di sampingnya makelar berkoar lebar…

Minggu, 15 November 2009

Surat Untuk Cucuku di Hari Pahlawan

 gb
Dari kubur aku berseru, seruan lantang untuk kau terus berjuang tanpa pernah lelah meski situasi sudah berubah banyak. Aku ingat betul, seusiamu aku telah memanggul senjata. Bergerilya menyusur jalan setapak, menyerang sambil bersembunyi serta meninggalkan bangku sekolah demi Negri. Semua demi cita-cita merdeka dari belenggu penjajahan bangsa asing. Demi kemerdekaan, aku, kawan-kawanku, bersama yang tua, laki laki-perempuan terus menerus bahu membahu walau tak tahu kapan para penjajah itu pergi dari bumi pertiwi. Aku terus saja bergerak cucuku…
Hingga kemerdekaan itu akhirnya mampu terwujud. Soekarno-Hatta yang kudorong untuk berani memproklamasikan diri pada 17 Agustus 1945, walau harus melalui insiden kecil penculikan untuk memaksa. Pekik merdeka akhirnya kencang terlontar dari setiap bibir rakyat Indonesia! satu kelegaan yang luar biasa dari kami para pemuda.
Kuakui bahwa kemerdekaan kita adalah juga lantaran momentum kekalahan Jepang, sehingga setelah Jepang menyerah pada sekutu Belanda masih tak rela bila negri yang subur, serupa ratna mutu manikam ini berdiri sebagai negara merdeka. Hingga kemudian datang NICA membonceng sekutu.
Aku, kawan-kawanku, kami semua tak rela.
Jutaan nyawa rakyat kami yang telah melayang mulai dari abad 19 sebagai tumbal kemerdekaan pun tak rela. Sampai meletuslah perlawanan kami yang gagah berani demi mempertahankan negri. Sepuluh November 1945 di Surabaya seluruh pemuda, terus melawan tanpa henti yang berhasil membunuh Jendral Mallaby. Ya, di Yamato bendera merah putih berhasil dikerek tegak menjulang menantang langit. Itu kejadian tepat enampuluh empat tahun yang lalu. Aku masih ingat benar…betapa kemerdekaan sulit didapat.

Selasa, 07 Juli 2009

Tiga Badut Bergelut Mencari Sorak Sorai…


dicuplik dari sini
Pentas itu hanya menampilkan satu pertunjukan sama,
Merebut tepuk tangan terbanyak untuk satu juara
Pentas itu hanya menampilkan tiga badut saja
masih si senior,
masih juga dengan tambahan telor,
Biar dikata spesial masing-masing darinya
(hmmm,,,mirip mie instant saja kalau spesial pasti pakai telor.)

Si badut berakrobatik, menyulap benda, juga membagi permen tiada henti-sesekali ia bagi coklat untuk mereka yang rela menjilat pantat saking histeriagembira memujanya
Pentas itu hanya menampilkan tiga badut saja,
Keriput telah memagut,
uban bertebaran namun masih memaksakan

Selasa, 26 Mei 2009

Kalau Saja Kita Tak Sedang Terluka!


Kalau saja kita tak sedang terluka,
tentu saja dengan segera kita mempercayai mereka yang hendak berpentas!…
turut serta segera, lantas bergegas!
Kalau saja kita tak sedang terluka,
Karena mereka yang menjual dengan mudahnya ini bangsa
pasti kita tak perlu menebar keluh, ‘menjlentrehkan’ sekian ketimpangan serta mengajak memberontak seluruh khalayak banyak…
Kalau saja kita tak sedang terluka,
melihat pertiwi menangis terkoyak dalam tragis,
sudah tentu tertawa begitu mudah kita temui,
senyum lebar disetiap bibir banyak kita jumpai…

Jumat, 27 Maret 2009

Nduk Tjah Ajoe…


Nduk, tjah ajoe…
Aku menggilaimu lagi kali ini
Nduk,
Aku tak putus asa walau b’rulang kali kau halau aku pergi
Sambil bilang ketus,

“Njijiki kowe, wong ra tau adus!”

Hahaha. “Yo rapopo Nduk tak trimak-trimakna, masya ati benjut neng ati wis kebacut gluput”

Selasa, 03 Juni 2008

MERAHMUMARAHPADAKU


:buat adit
Lagi-lagi aku membagi
Kecewa padamu kawan,
Pada sekian jalan yang pernah
Kita rekah,
Pada setiap tanah yang sempat
Kita remat,
Lagi-lagi aku melempar
Tampar padamu kawan,
Pada cerita panjang tentang
Persekawanan.
Dan,
Lagi-lagi aku menimpali
Marah padamu kawan,
Pada setiap merah yang kita
Yakini bakal terjadi.

Kamis, 26 April 2007

Sambate Wong Cilik


Bapak cupet mikirake utang,

Sedina narik ra cukup dinggo ancik-ancik,

Simbok bola-bali tombok merga dagangan diabuk preman seragam,

Simbok sambat bapak,

Bapak ora isa selak,


“Pira ta olehe sedina narik becak?”

Pitakon bapak nalika simbok nggresula kanda


“Sawiyah sasi iki mlebu sekolah,

Si yono munggah kelas lima,

Kudu utang sapa meneh mbok?”



Bapak cupet mikirake utang,

Mangka aku isih pengangguran


Gaweyan san saya angel,

Padal aku ya kudu nguntal…