Lelaki
itu lagi-lagi termangu,
Melongok keluar jendela kereta malam dengan tatapan menerawang
Jauh sekali melayang mengembara angan menembus awan
Melongok keluar jendela kereta malam dengan tatapan menerawang
Jauh sekali melayang mengembara angan menembus awan
Pada
ingatan panjang yang begitu membekas di berkas-berkas kenangan yang sulit
ditanggalkan
Pada sosok Sumirah kekasihnya di masa lampau
Perempuan yang selalu membuatnya terbata-bata di setiap cerita.
Perempuan yang sekarang entah dimana, dan dalam keadaan apa
Pada sosok Sumirah kekasihnya di masa lampau
Perempuan yang selalu membuatnya terbata-bata di setiap cerita.
Perempuan yang sekarang entah dimana, dan dalam keadaan apa
Ia
selalu merindunya
Seperti ia merindukan terbitnya pagi setelah malam menyelam dalam-dalam.
Seperti ia merindukan terbitnya pagi setelah malam menyelam dalam-dalam.
Ia selalu merindunya
Hingga merangkai sekelilingnya dengan bekas-bekas miliknya.
Simbol angka, hari, tanggal kejadian yang ia lalui bersamanya selalu ia abadikan dalam cerita
dalam situs yang sering ia kunjungi serta ia tetapkan sendiri
berziarah ingatan…ucapnya lirih ketika kutanya mengapa
Bahkan
nomor ponselnya. Aku yakin pasti menyiratkan sesuatu. Entah juga apakah tanggal
lahir kekasihnya, presensi saat ia sekolah, entah pula suatu waktu kejadian
yang ia lalui bersamanya yang begitu ia hapal.
Tiap
malam ia merapal beraneka harap dengan menutup kalimat
“Semoga ia baik-baik saja”
“Semoga ia selalu bahagia”
dan sepotong namapun kemudian disebut sebelum ia memejam mata kemudian.
“Semoga ia baik-baik saja”
“Semoga ia selalu bahagia”
dan sepotong namapun kemudian disebut sebelum ia memejam mata kemudian.
“Sumirah”
Lelaki
itu terus memandang keluar jendela yang tembus pandang pada kereta malam yang
berjalan perlahan lahan.
Bibirnya tampak bergerak
Sepertinya ia merapal kembali untuk perempuan itu.
Bibirnya tampak bergerak
Sepertinya ia merapal kembali untuk perempuan itu.
Barangkali
saja…
di
atas kereta malam yang beringsut perlahan-lahan
120710
02:52
gb dicuplik di